Denpasar (bisnisbali.com) –Bersifat ramah lingkungan terus diimbau pada bahan pembuatan ogoh-ogoh. Hal ini pun mendorong para pemuda untuk berkreasi dan berinovasi menciptakan karya seni yang menarik. Salah satunya pembutan ogoh-ogoh oleh Sekeha Teruna (ST) Perabhu, Banjar Ratna Bhuana, Sumerta Kauh, Denpasar Timur yang menggunakan bahan kulit telur, dengan anggaran minim hanya Rp15 juta.
Arsitek pembuatan ogoh-ogoh ST Perabhu Ngurah Yudha, saat ditemui mengatakan, tahun sebelumnya mereka masih menggunakan sterofom dalam membuat ogoh-ogoh, kali ini melakukan revolusi total dengan menggunakan bahan ramah lingkungan. Mulai ngulat (membuat rangka dengan media bambu), kuku ogoh-ogoh yang menggunakan serabut kelapa serta untuk warna kulit menggunakan kulit telur.
Kulit telur yang dipergunakan untuk mewarnai kulit ogoh-ogoh yang diberi nama Bakasura ini didapatkan dari pedagang nasi goreng maupun martabak di seputaran Kota Denpasar. “Untuk mewarnai kulit Bakasura ini, diperlukan kurang lebih 30 kilogram kulit telur. Nantinya kulit telur ini akan dipernis dan ditambahi shading untuk memberikan efek bayangan,” terangnya.
Selain itu, Ngurah Yudha mengatakan, untuk tapel juga menggunakan serabut kelapa, serta untuk saput menggunakan tapis (ijuk pohon kelapa) serta kambennya menggunakan motif lukisan kamasan khas Klungkung serta bagian kotaknya rencananya akan menggunakan kulit kacang tanah.
Tak hanya menggunakan bahan ramah lingkungan, ogoh-ogoh ini juga bisa membelah diri yang disesuikan dengan cerita. Bagian yang membelah diri yakni Sang Bakasura, di mana saat tubuhnya terbelah dari dalam tubuhnya keluar Krisna dengan membawa cakra serta menjunjung kepala Bakasura.
Untuk membuat ogoh-ogoh terbelah ini dirinya menggunakan dinamo pompa air serta smart breaker. Selain itu untuk mengendalikannya ia juga menggunakan aplikasi android dan menyambungkannya menggunakan hotspot. “Kalau yang di Denpasar kan rata-rata menggunakan android yang dirangkai sendiri dengan biaya berkisar Rp300.000 – Rp500.000, dan ada risiko bisa gagal. Namun kalau ini hotspot aplikasinya harganya Rp75.000,” tutur Ngurah Yudha.
Pembuatan ogoh-ogoh ini menganggarkan kurang dari Rp15 juta, yang terbagi untuk pembelian mesin Rp3 juta, dan konstruksi Rp5 juta serta keperluan lainnya. “Kami memang menggunakan bahan-bahan yang tidak terpakai makanya irit, dan kami ingin memberikan kejutan, dengan anggaran yang minim bisa membuat ogoh-ogoh beranak,” katanya sembari tertawa. *wid