Mangupura (bisnisbali.com) – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menunjukkan komitmennya dalam upaya mendukung program pemerintah Provinsi Bali. Salah satunya diwujudkan dalam bentuk dukungan ikut serta pembangunan Kantor Majelis Desa Adat yang secara langsung bantuan Rp2,5 miliar diserahkan Direktur Bisnis Korporasi BNI Putrama Wahju Setyawan didampingi Pemimpin BNI Kantor Wilayah Bali NTB & NTT I Made Sukajaya kepada Gubernur Bali I Wayan Koster.
“Bantuan tersebut nantinya akan digunakan untuk menunjang pembangunan Kantor Majelis Desa Adat provinsi dan kabupaten/kota se-Bali,” kata Sukajaya di sela-sela Seminar Ekonomic Outlook 2020, Strategi Menghadapi Tantangan Ekonomi 2020″ di Hotel Sheraton, Kuta, Jumat (14/2).
Pemakalah berasal dari kalangan pengamat ekonomi dan perbankan seperti Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto, Deputi Direktur Kantor OJK Regional 8 Bali Nusra, Armen dan Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda.
Made Sukajaya menjelaskan bantuan tersebut merupakan kerja sama antara BNI dan Pemerintah Provinsi Bali sebagai wujud nyata peran serta BNI dalam berperan aktif untuk senantiasa ikut mendukung program-program pemerintah daerah. Dukungan ini juga sebagai wujud nyata dalam penterjemahan misi BNI yaitu meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan dan komunitas.
Diakui BNI tidak hanya hadir dengan berbagai program bisnis yang semata-mata dimaksudkan untuk meraup keuntungan, melainkan juga untuk membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat luas. “Semoga kerja sama ini dapat bermanfaat bagi masyarakat Bali dan lingkungan setempat,” ujarnya.
Gubernur Bali Wayan Koster pada saat membuka “Ekonomi Outlook 2020, Stategi Menghadapi Tantangan Ekonomi 2020” menyampaikan, pospek pertumbuhan daerah pada 2020 akan ditentukan oleh seberapa besar realisasi investasi di daerah. Posisi geografis Bali yang strategis yang didukung dengan stabilitas keamanan daerah yang makin kondusif merupakan modal pembangunan di Bali. Namun demikian kondisi ekonomi Bali pada 2020 diprediksi masih dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan dari sisi lapangan usaha, terdapat potensi risiko penurunan laju pertumbuhan penyediaan akomodasi, makan dan minum yang merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi Bali, seiring masih lemahnya pertumbuhan ekonomi global dan perbaikan kondisi negara kompetitor yang menjadi destinasi pariwisata.
Dari sisi permintaan, dikatakan, masih minimnya permintaan global juga mempengaruhi kinerja ekspor, yang berimplikasi pada tertahannya akselerasi perekonomian Bali.
Berfluktuasinya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing berpengaruh pada tertundanya import barang modal yang menyebabkan terjadinya perlambatan kegiatan investasi di Bali. Terkait dengan prediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi makro dan mikro tersebut, secara tidak langsung akan berpengaruh kepada sektor perbankan.
“Untuk itu saya mengingatkan kepada para pelaku perbankan untuk selalu menjaga target-target perencanaan yang bukan hanya dilihat dari kuantitas semata, tetapi juga secara kualitas dengan memperhatikan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di dalamnya. Begitu juga penyaluran kredit tanpa masalah harus terus diupayakan dan ditingkatkan, prospek keuangan jangan hanya melihat kredit dari agunannya saja, namun harus juga lebih selektif,” paparnya.*dik/adv