Denpasar (bisnisbali.com) –Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Putu Astawa, di sela-sela sidang DPRD Provinsi Bali terkait Raperda tentang Standar Penyelenggaraan Kepariwisataan, Rabu (12/2) di gedung Dewan Renon Denpasar mengatakan raperda dirancang untukĀ menciptakan pariwisata berkualitas.
Dikatakan, pariwisata berkualitas yang tengah dirancang adalah tetap mengacu pada pariwisata budaya dengan filosofi Tri Hita Karana dengan nilai-nilaiĀ Sat Kerthinya. “Kalau bicara pariwisata yang berkualitas adalah pariwisata yang sangat menghormati dan menghargai lingkungan. Menghormati masyarakat dengan kearifan lokal, dan kesejahteraan masyarakat. Jadi tiga pilar tersebut yang disebut dengan pariwisata berkelanjutan,” papar Putu Astawa.
Hal tersebut dikatakan sesuai dengan suistenabel development goal yang di dalamnya diatur 5 P, yaitu people atau masyarakat, planet adalah lingkungan bumi ini, prosperity adalah kesejahteran masyarakat, partisipasi adalah peran serta masyarakat dan peace yaitu kedamaian. “Lima hal tersebut menjadi rujukan global, tetapi semua selaras dengan Tri Hita Karana, yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan, itu jauh lebih komprehesif,” tukasnya.
Sementara masalah yang tengah dihadapi adalah masalah sampah, kemacetan dan kriminalitas. “Makanya langkah-langkah yang sedang kita lakukan adalah dengan Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui berbagai pergub yang mengatur,” ungkapnya.
Ke depannya juga harus dilakukan standardisasi terhadap produk-produk pariwisata yang ditawarkan, pelayanan harus berstandar, tata kelola juga harus berstandar. “Contohnya wisata menyelam tidak didampingi oleh guide selam yang tidak bersertifikasi. Ada destinasi yang tidak berisi rambu-rambu kesucian sehingga banyak terjadi pelecehan dan sebagainya,” tukasnya.
Dikatakan, dari segi quality tourism, saat ini wisatawan yang datang ke Bali masih didominasi oleh wisatawan Eropa. “Wisatawan Eropa paling sedikit tinggal di Bali 14 hari dengan spending money lebih tinggi dibandingkan wisatawan lain karena nilai tukar rupiah dengan mata uang mereka cukup jauh. Posisi kedua Australia, Tiongkok menduduki peringkat ketiga,” ucapnya.
Karenanya, saat ini pihaknya mengaku tengah mengejar target market Eropa. “Katakanlah saat ini ada 154 penerbangan yang tidak jalan akibat ditunda yang menuju ke Tiongkok. Ini mungkin bisa menjadi peluang penerbangan tersebut menuju Eropa, Jepang dan India. Itu yang kita harapkan agar market-nya ke sana. Karena saya dengan dari industri ada dari Jepang awalnya mau ke Tiongkok dialihkan ke Bali, dari Belgia dan Kanada juga ada yang akhirnya berlibur ke Bali,” pungkasnya. *pur