Sabtu, November 23, 2024
BerandaBaliPariwisata Berkualitas Mengacu Konsep  ’’Tri Hita Karana’’

Pariwisata Berkualitas Mengacu Konsep  ’’Tri Hita Karana’’

Makin banyaknya pembahasan terkait pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan tentunya mendorong Bali untuk segera mewujudkan tujuan tersebut.

Denpasar (bisnisbali.com)-Makin banyaknya pembahasan terkait pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan tentunya mendorong Bali untuk segera mewujudkan tujuan tersebut. Praktisi Pariwisata Bali, K. Swabawa, CHA, mengatakan untuk mencapai pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan di Bali, para pelaku pariwisata dan masyarakat sangat perlu mendalami konsep Tri Hita Karana (THK).

Jika dilihat dari pola pembangunan secara makro, istilah “keberlanjutan” ini bisa mengacu pada Sustainable Development Goals (SDGs). Ini dituangkan oleh badan PBB dalam 17 goals dalam mencapai kebahagiaan (Happiness).

Ia menjelaskan THK itu jangan hanya jargon dan latah semata, atau bertujuan mendapat suatu penghargaan. THK itu sejatinya adalah way of living bagi orang Bali.

Swabawa yang juga konsultan manajemen perhotelan dan trainer ini memaparkan bahwa tidak ada alasan untuk tidak menerapkan konsep Tri Hita Karana jika ingin mewujudkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan di Bali. Hal ini diyakininya karena Bali adalah taksu, sebuah spirit yang telah ada secara turun temurun dan menjadi semacam identitas melekat bagi orang Bali. “Berbicara pariwisata, kita di Bali landasannya adalah pariwisata Budaya,” jelasnya.

Ia melihat kebudayaan Bali dijiwai nilai-nilai Hindu sebagai pondasi pembangunan daerah Bali. Konsep Tri Hita Karana ini telah di masukan ke dalam konsep pembangunan di Bali.

Swabawa yang juga dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional mengharapkan agar para pelaku pariwisata termasuk generasi muda Bali harus mampu meneruskan tongkat estafet pembangunan kepariwisataan di Bali. Ini secara konsisten pada komitmen akan menjaga keberlangsungan pariwisata di Bali.

Jika hubungan Parahyangan – Pawongan – Palemahan telah terdegradasi dan tidak harmonis maka tidak mustahil kehidupan masyarakat dan industri pariwisata juga akan menerima dampak negatifnya. Tidak ada lagi budaya masyarakat dalam tradisi adat, tidak ada lagi keramahtamahan orang Bali, tidak ada lagi alam yang indah dan eksotis mengundang decak kagum masyarakat dunia.

Swabawa menambahkan taksu, manusia dan alam Bali adalah keunikan yang uncomparable dengan destinasi lainnya. Yang bersifat intangible tidak bisa diukur dengan nilai uang atau harga tertentu. Dibandingkan dengan keunggulan teknologi dan bangunan pisik semata yang sangat mudah untuk dicopy paste ke tempat lain. *kup

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer