Denpasar (bisnisbali.com) –African Swine Fever (ASF) merupakan suatu penyakit yang tidak zoonosis, namun mengakibatkan dampak sosial ekonomi yang cukup berarti bagi masyarakat. Ketidakpastian informasi yang beredar di masyarakat saat ini mengenai ASF telah membuat resah, terlebih menjelang Hari Raya Galungan yang mana kebutuhan terhadap daging babi umumnya meningkat.
Untuk itu Pusat Kajian One Health Collaborating Center (OHCC) Udayana menyelenggarakan One Health Talkshow dengan mengangkat tema “Peningkatan Kesadaran terhadap African Swine Fever (ASF) untuk Menciptakan Keamanan Pangan” bertempat di ruang audiovisual Gedung Dharmanegara Alaya, Denpasar.
Koordinator Udayana OHCC, Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp. MK(K) mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi terkait ASF, meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya peternak babi terkait upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ASF di Bali, serta memberikan informasi yang valid kepada masyarakat. “Pada diskusi terbuka ini membahas mengenai bagaimana kondisi terkini ASF di Indonesia dan Bali pada khususnya, bagaimana strategi dari masing-masing instansi terkait terhadap ASF, serta bagaimana penanganannya jika ditemukan adanya ASF di daerah,” ungkap Sri.
Kabid Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Ketut Nata Kesuma mengatakan hasil lab terkait kematian babi di Bali masih dalam proses. Langkah-langkah pencegahan juga sudah dilakukan sejak awal melalui respons cepat. “Saat ini sudah ada penurunan, rata-rata hanya 1 ekor babi mati dalam 10 hari. Tingkat konsumsi daging babi juga masih tinggi, saya lihat di beberapa pedagang nasi babi guling masih ramai pembeli,” kata Nata.
Kasubdit Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan Direktorat Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, drh. Arif Wicaksono, M.Si menyampaikan bahwa upaya yang telah dikakukan oleh dinas dan aparatur di Bali ini sudah benar, yakni kewaspadaan dan kesiapsiagaan. “Yang terpenting adalah bersatu padu dan gencar melakukan edukasi kepada masyarakat. Kementan sudah memberikan bantuan obat, disinfektan, alat semprot,dan lainnya sebagai wujud action di lapangan,” papar Arif.
Diskusi ini juga menghadirkan pembicara, yakni I Putu Tarunanegara selaku Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Denpasar dan Prof. Nyoman Mantik Astawa yang merupakan akademisi dari Fakultas Kedokteran Hewan Unud, serta dihadiri oleh para peternak, mahasiswa dan masyarakat. *dar