Setelah bercokol di level Rp5.000 per kg, harga gabah di tingkat petani di Bali untuk kualitas gabah kering panen (GKP) terus naik. Harga gabah kualitas GKP yang terbaru sudah tembus di level Rp 5.500 per kg. Harga tersebut merupakan harga tertinggi yang pernah terjadi selama ini. Apa yang penyebabnya?
HARGA gabah di tingkat petani di Bali tengah mengalami tren melonjak. Itu dibuktikan dari hasil pencatatan harga gabah di tujuh kabupaten amatan yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Bali pada Januari 202, yaitu Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng yang rata-rata mengalami lonjakan harga.
Harga rata-rata GKP di tingkat petani naik 0,12 persen, dari Rp 4.809,86 per kg menjadi Rp 4.815,59 per kg. Begitu pula, rata-rata harga GKP di tingkat penggilingan tercatat meningkat 0,08 persen dari Rp4.905,89 per kg menjadi Rp 4.909,87 per kg.
Pelaku usaha penggilingan padi di Tabanan sekaligus juga Ketua DPD Persatuan Penggilingan Padi (Perpadi) Bali, AA Made Sukawetan mengungkapkan, sejak awal tahun ini harga gabah terus mengalami lonjakan dan sejak seminggu terakhir harga sudah kembali naik lagi menembus level Rp 5.500 per kg. Imbuhnya, itu merupakan harga tertinggi untuk gabah kualitas GKP yang pernah terjadi selama ini. Harga tersebut sangat jauh signifikan jika dibandingkan dengan patokan harga pembelian pemerintah (HPP).
“Selama ini HPP untuk di tingkat petani Rp 3.700 per kg dan di tingkat penggilingan Rp 3.750 per kg,” tuturnya.
Jelas Sukawetan, lonjakan harga gabah ini sesuai prediksi sebelumnya dengan melihat dampak dari musim kemarau yang terjadi cukup panjang pada akhir tahun lalu dan berlanjut hingga saat ini. Katanya, kemarau membuat areal produksi dan luas panen padi jadi berkurang dari sebelumnya. Serapan gabah dari usaha penggilingan ketingkat petani di tingkat lokal menjadi terbatas saat ini.
Sambungnya, lonjakan harga gabah ini juga mendorong ikut naiknya harga beras di tingkat usaha penggilingan sekarang ini. Kini harga beras kualitas medium di tingkat usaha penggilingan naik menjadi Rp 9.800 per kg, dari Rp 9.200 per kg sebelumnya.
Di sisi lain diakuinya, meski harga gabah di tingkat petani ini naik, hal itu berbanding terbalik dengan kualitas panen yang ada sekarang. Diakuinya, sebagian besar kualitas panen gabah di tingkat petani kurang maksimal. Itu salah satunya dicerminkan dengan tingkat rendemen gabah yang berada di kisaran 54-55 persen dampak dari kekeringan sekarang ini.
Sementara itu, pihaknya mengeluhkan pascatidak berlanjutnya bantuan program dana penguatan modal usaha ekonomi pedesaan (DPM LUEP) dari Pemerintah Provinsi Bali. Kondisi tersebut membuat ia dan juga kalangan pelaku usaha Perpadi lainnya mau tidak mau terpaksa memanfaatkan kredit perbankan. Paparnya, tidak adanya lagi bantuan LUEP ini sangat memberatkan, mengingat LUEP sebelumnya yang digelontorkan oleh Pemerintah Provinsi Bali dibandrol dengan suku bunga rendah, sedangkan kini dengan memanfaatkan kredit perbankan, diakuinya, suku bunga yang diberikan cukup tinggi.
“Sebab itu, kami berharap agar program tersebut bisa berlanjut kembali, sehingga serapan gabah ke petani bisa maksimal lagi, terutama untuk menghadapi musim panen mendatang,” tandasnya. *man