Denpasar (bisnisbali.com) –Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Putu Astawa membantah Bali sepi dari wisatawan pascamerebaknya virus corona di Tiongkok. Dikatakan, hanya wisatawan Tiongkok yang menurun sedangkan market lain tetap tinggi.
Putu Astawa menegaskan, Bali seperti yang diberitakan diibaratkan seperti kota hantu karena sepi wisatawan adalah hoax. “Penurunan wisatawan memang terjadi, tetapi itu khusus market Tiongkok saja, yaitu sekitar 25-27%, sementara market yang lain masih on schedule dan belum ada yang cancel,” bebernya Senin (10/2) di Dinas Pariwisata Renon Denpasar.
Terjadinya penyebaran novel corona virus di Tiongkok selama sebulan belakangan ini memang telah meresahkan dunia, begitu juga Indonesia terutama Bali. Berbagai upaya preventif untuk menangkal masuknya virus tersebut masuk Bali telah dilakukan. “Berbagai langkah preventif telah dilakukan oleh pemerintah, seperti penutupan penerbangan langsung dari dan ke Tiongkok serta pemasangan alat thermal scanner di bandara. Hingga berdasarkan fakta saat ini, tidak ada satu orang pun di Bali yang suspect virus corona,” terangnya.
Hal tersebut, menurutnya, memang berdampak pada kunjungan wisatawan ke Bali memang berkurang, karena adanya penutupan penerbangan dari dan ke Tiongkok. “Selain itu bulan ini memang low season, penutupan ini juga berpengaruh signifikan untuk kunjungan wisatawan ke Bali, karena pada bulan ini biasanya wisatawan Tiongkok banyak ke Bali, bertepatan dengan hari raya Imlek,” terangnya.
Dari 6,3 juta wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali tercatat 1,185 juta di antaranya adalah wisatawan dari Tiongkok. Putu Astawa menekankan pengurangan hanya terjadi di angka 1 jutaan tersebut, namun untuk angka yang lain masih relatif aman.
Selain itu, ia juga menjelaskan saat ini pihaknya tengah membidik wisatawan selain Tiongkok untuk datang ke Bali. “Karena kasus ini kita akan gaet wisatawan Eropa, Australia atau Amerika untuk datang ke Bali,” tukasnya.
Untuk memuluskan rencana tersebut, Putu Astawa menjelaskan berbagai upaya akan dilakukan untuk mendatangkan wisman ke Bali, seperti berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mengalihkan penerbangan yang semula Tiongkok ke Bali, membuat paket wisata murah dengan memberi diskon seperti penerbangan, hotel, travel agent, hingga atraksi wisata.
“Untuk itu kita perlu berkoordinasi dengan stakeholder terkait dan asosiasi pariwisata. Selain itu kita juga telah bersurat ke Presiden RI untuk mengadakan rapat-rapat internasional ke Bali, demi membangun citra pariwisata Bali yang positif. Setelah pertemuan ini sepertinya mereka setuju, semoga ini bisa berjalan dengan baik,” tandasnya.
Sementara Ketua Bali Hotel Association (BHA) Ricky Putra membenarkan penurunan jumlah wisatawan mancanegara ke Bali, namun itu hanya untuk wisatawan Tiongkok. “Wisatawan dari negara lain masih ke Bali. Jika kita compare, length of stay wisman Tiongkok ke Bali sekitar 4-5 hari, sedangkan wisman Eropa, Australia, dan Amerika bisa mencapai 2-4 minggu, jadi anggap saja 500.000 wisman Tiongkok ke Bali bisa ditutupi dengan sekitar 125 ribu – 150 ribu wisman Eropa bisa mengimbangi,” jelasnya.
Ia juga menyatakan saat ini stakeholder pariwisata tengah membidik wisatawan yang akan berkunjung ke Tiongkok. “Sekitar 30 juta wisman berwisata ke Tiongkok setiap tahunnya. Namun, karena kasus ini tentu saja banyak penerbangan ke sana (Tiongkok-red) ditutup. Jadi kita akan kerja sama dengan airlines dan travel agent untuk mengalihkan mereka datang ke Bali,” jelasnya.
Untuk memuluskan rencana tersebut, pihaknya berpendapat perlunya membangun citra Bali yang positif. “Kita bisa undang wartawan luar negeri untuk memberitakan bahwa Bali aman dari corona, kita bisa ajak ke rumah sakit-rumah sakit untuk membuktikan. Setelah ada pemberitaan seperti itu, kita harap wisatawan akan nyaman untuk berkunjung ke Bali,” tukasnya. *pur