Denpasar (bisnisbali.com) –Koperasi Serba Usaha (KSU) Kertasari Sedana, Banjar Kertasari, Peguyangan, Minggu (9/2) kemarin menggelar rapat anggota tahunan (RAT) kelima. Dari RAT yang digelar di Hotel Niki Denpasar tersebut terungkap, sisa hasil usaha (SHU) tumbuh signifikan hingga 30,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain dihadiri pengurus dan pengawas serta anggota, RAT tersebut juga dihadiri Kadis Koperasi Denpasar yang diwakili Seksi Data Ngurah Sastrawan. RAT pun kuorum karena dihadiri 50 persen lebih anggota yang berjumlah 517 orang.
Dalam laporannya Ketua Pengurus KSU Kertasari Sedana Drs. Ketut Serinama memaparkan perhitungan hasil usaha (PHU) konsolidasi per 31 Desember 2019. Pendapatan diperoleh dari hasil bunga Rp913.701.000, administrasi pinjaman Rp199.062.000, propisi pinjaman Rp 61.744.000, jasa kelola sampah Rp21.786.000, unit usaha toko Rp 2.064.000, unit usaha garase Rp2.300.000, dan pendapatan lainnya Rp 56.009.000. Dengan demikian pendapatan KSU selama 2019 mencapai Rp1.256.666.000. Pendapatan ini meningkat dibandingkan tahun 2018 yang tercatat Rp879.892.000.
Dia juga melaporkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan selama operasional 2019, yakni biaya bunga Rp 400.707.000, biaya kantor Rp224.645.000, biaya pegawai Rp 225.600.000, biaya penyusutan 30.122.000, biaya umum Rp 101.906.000. Total biaya yang dikeluarkan selama 2019 mencapai Rp 982.980.000.
SHU bersih setelah pajak, katanya, mencapai Rp 267.508.000. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan 2018 yang nilainya hanya Rp204.319.000
Pada kesempatan itu, terungkap sejumlah permasalahan yang dialami selama 2019. Seperti belum semua anggota banjar menjadi anggota koperasi dan belum semua anggota koperasi aktif. Misalnya membayar iuran wajib baru dilaksanakan setelah menjelang tutup buku tahunan. Wajib belanja di toko koperasi juga belum berjalan maksimal, serta anggota koperasi belum mencapai 1.000 orang yang aktif.
Pada kesempatan itu, salah satu penggagas Sekeha Demen Bali (SDB) ini memaparkan soal aset KSU yang menembus angka Rp 6,9 miliar lebih. “Pada 2018 aset hanya Rp 4,9 miliar sehingga mengalami kenaikan hingga Rp 2 miliar pada 2019,” katanya.
Pinjaman yang disalurkan mencapai Rp 6,2 miliar atau meningkat dari tahun 2018 yang mencapai Rp 4,5 miliar. Mengenai dana pihak ketiga (DPK) menembus Rp 5,6 miliar dari sebelumnya 2018 yang hanya Rp 4 miliar.
Khusus untuk kredit bermasalah, ujar Seriname, pada 2019 berhasil ditekan di angka 0,93 persen. “Sebelumnya atau tahun 2018 NPL KSU Kertasari Sedana mencapai 1,47 persen,” katanya.
Ketua Dewan Pengawas KSU Gusti Ngurah Gde Pudja, S.H. menyatakan, bidang organisasi dan manajemen KSU sudah terpenuhi. Di bidang administrasi dan akuntasi KSU sudah melaksanakan dengan baik dan penyajiannya menggunakan SAK-ETAP. Selanjutnya di bidang operasional KSU mengalami peningkatan baik dari volume usaha, maupun sisa hasil usaha. Peningkatan ini diikuti kinerja rasio keuangan kperasi tetap menunjukkan hasil yang baik dan memadai. Namun peran anggota dalam memanfaatkan unit perdagangan belum optimal, termasuk belum semua warga banjar menjadi anggota koperasi. “Berdasarkan hasil pemeriksaan secara random, Dewan Pengawas tidak menemukan kesalahan dalam pengelolaan yang berpotensi kerugian material. “Dengan demikain kami memberikan apresiasi kepada jajaran pengurus dan karyawan/karyawati KSU,” kata GN Pudja.
Setelah tanya jawab, seluruh pertanggungjawaban pengurus dan pengawas KSU dapat diterima oleh anggota. Acara RAT diakhiri dengan santap siang serta pengundian door prize dengan hadiah bergengsi seperti mesin cuci, TV LED, gadget terbaru, serta hadiah hiburan. *adv