Mangupura (bisnisbali.com) –Meski kasus kematian babi di beberapa wilayah sudah mulai mengalami penurunan, pedagang daging babi belum bisa merasakannya. Hal tersebut dikarenakan keraguan konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi daging babi masih ada sehingga berpengaruh terhadap transaksi yang masih terasa sepi.
Salah seorang pengusaha potong ternak babi sekaligus pedagang babi potong di kawasan Tegal Darmasaba, Badung I Wayan Arka mengaku, penjualan dagingnya masih sangat sepi. Dikatakannya, belum ada peningkatan penjualan sejak kasus kematian babi meski berbagai informasi yang menyatakan daging babi aman dikonsumsi dan penyakit tidak menular ke tubuh manusia. Saat ini pemotongan, kata Wayan Arka, dilakukan hanya 1 ekor per hari. Biasanya 2 ekor atau lebih per harinya dan selanjutnya dijual di Pasar Kumbasari. “Pembeli masih sangat sepi, per hari kami potong 1 terkadang masih sisa,” ungkapnya.
Meski tidak ada kasus kematian babi yang membahayakan kesehatan manusia, keraguan masyarakat untuk membeli daging babi masih terjadi. Hal itu, menurutnya, menjadi penyebab menurunnya pembelian daging babi. “Masyarakat masih takut, meski beredar informasi jika daging babi masih aman untuk manusia,” ungkapnya.
Bendesa Adat Tegal I Made Lipur membenarkan sejak adanya fenomena kematian babi usaha potong ternak di wilayahnya memang menjadi sepi. Wilayah Desa Adat Tegal, dikatakannya, sebagai sentra usaha potong babi yang banyak masyarakat menggeluti usaha tersebut. “Memang agak lesu penjualan masyarakat, karena kasus kematian babi akhir-akhir ini,” ujarnya.
Demikian dikatakan Made Lipur, pihaknya selalu menginformasikan dan mengimbau masyarakatnya untuk tetap menghasilkan daging babi yang bersih dan sehat. “Kami wanti-wanti mengimbau masyarakat untuk tidak memotong babi yang sudah sakit atau mati,” ungkapnya. *wid