Bangli (bisnisbali.com) –Masyarakat khususnya para peternak babi resah dengan adanya ternak babi yang mati dalam jumlah besar akibat terkena virus flu babi Afrika. Ini berdampak pada menurunnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging babi.
Hal ini membuat komunitas peternak babi, anggota GUBI, dan juga dinas PKP Kabupaten Bangli menggelar diskusi yang diawali dengan persembahyangan bersama sembari nunas kerahayuan di Pura Kehen Bangli, Selasa (4/2).
Dalam diskusi tersebut terungkap bahwa penyebaran virus flu babi Afrika sangat meresahkan masyarakat terutama di kalangan penggiat. Bahkan di beberapa kabupaten telah ditemukan kematian ternak babi dalam jumlah banyak. Walaupun tak semuanya terindikasi virus flu babi Afrika, namun karena terbatasnya informasi dan ketidakpahaman yang berkembang di masyarakat akhirnya berdampak pada ketakutan masyarakat untuk mengkonsumsi daging babi.
Ketua GUPBI Bali, Ketut Hari Suyasa dalam kesempatan tersebut menyampaikan babi bukan hanya produk ekonomis tetapi juga produk budaya. Karenanya sudah menjadi tugas kita bersama untuk kembali membuat kondisi ini menjadi kembali kondusif. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar mencegah pemaparan virus flu babi Afrika, muai dari memperhatikan kandangnya, pakan yang sesuai, pemeriksaan berkala hingga orang – orang yang keluar masuk kandang pun harus diperhatikan. “Untuk mencegah kepanikan di kalangan masyarakat kekuatan adat harus dioptimalkan, tentunya hal ini tidak bisa dilakukan orang per orangan, namun harus ada sinerisitas antara pelaku atau penggiat, organisasi, dinas hingga perangkat desa, untuk menyampaikan informasi yang benar dan tepat,” ungkap Ketut Hari.
Sementara itu Kadis PKP Kabupaten Bangli, Wayan Sarma mengatakan, pihaknya telah berupaya mencegah pemaparan virus flu babi Afrika sejak dini dengan mengoptimalkan peran penyuluh desa yang memberikan informasi kepada masyarakat sekaligus mengecek apakah ada kemungkinan ternak yang terpapar virus flu babi Afrika. “Upaya awal telah kita lakukan dan hingga saat ini kematian ternak akibat virus flu babi Afrika memang belum ada, meskipun ada ternak yang mati namun kematian ternak tersebut bukanlah karena virus flu babi Afrika. Namun karena kematian pascakelahiran, sehingga masyarakat jangan khawatir untuk mengkonsumsi babi selama proses memasaknya dilakukan dengan benar, apalagi kita telah mengimbau agar babi yang akan dikonsumsi sebelum masuk ke tempat jagal harus melewati pemeriksaan terlebih dahulu,” terangnya.
Ditambahkannya mengingat sebentar lagi akan datang Hari Raya Galungan dan Kuningan di mana mengkonsumsi daging babi menjadi budaya bagi masyarakat kita, maka pihak dinas akan terus melakukan koordinasi dengan pihak- pihak terkait termasuk perangkat masyarakat agar nantinya nilai jual daging babi tidak sampai merosot atau bahkan melambung tinggi. * ita