Denpasar (bisnisbali.com) –Oleh-oleh seperti t-shirt, mug dan tote bag, menjadi produk oleh-oleh biasa yang ditawarkan di setiap objek wisata. Namun, bila oleh-oleh tersebut dipadukan dengan teknologi, dapat menjadi sebuah produk oleh-oleh yang unik dan menarik, namun juga memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi ketimbang oleh-oleh biasa.
Putu Nova Putra Wijaya, penggagas oleh-oleh Bali Punya Cerita, berupaya menggabungkan antara teknologi digital dengan budaya dan kearifan lokal Bali. Karena di era Revolusi Industri 4.0 ini, pemanfaatan teknologi menjadi sebuah keniscayaan bila ingin dapat bersaing.
Ia mengatakan, produk oleh-oleh khas Bali yang dipadukan dengan teknologi kekinian ini, baru diproduksi pada 2019. Sebelumnya ia hanya membuat oleh-oleh biasa. Wisatawan bisa mendapatkan nilai lebih dari oleh-oleh tersebut.
“Produk ini misalnya kita angkat tentang objek wisata Sangeh, di tiap produk oleh-oleh ada QR code-nya. Jadi wisatawan harus men-download aplikasi Bali Punya Cerita di Play Store, kemudian di-scan QR code-nya maka akan muncul konten-konten cerita tentang objek wisata Sangeh, ada foto dan video tentang bagaimana itu Sangeh atau objek wisata lainnya di Bali. Ini jadi keunggulan dari produk oleh-oleh yang memadukan dengan teknologi,” ungkapnya, Jumat (31/1) di Denpasar.
Cerita tentang objek wisata tersebut disajikan dalam 3 bahasa yaitu Indonesia, Bahasa Inggris dan Mandarin.
Namun, untuk bahasa Inggris dan Mandarin berupa subtitle. “Kami ingin membuat oleh-oleh yang wah dan berkesan bagi wisatawan. Tidak monoton seperti oleh-oleh yang di pasaran selama ini,” tukas tenant Unhi Denpasar tersebut.
Melalui oleh-oleh ini ingin mengangkat kearifan lokal masyarakat Bali. “Kami tidak hanya mengejar keuntungan pribadi tapi juga ingin berkontribusi terhadap daerah objek wisata dengan membagi persentase keuntungan pada objek/desa di mana objek wisata itu ada. Secara tidak langsung, kami juga mempromosikan Bali. Jadi wisatawan bisa mengetahui Sangeh seperti apa, GWK seperti apa dan di setiap kabupaten ada objek pariwisata apa saja,” katanya.
Saat ini pihaknya tengah mendekati sejumlah objek wisata untuk diajak bekerja sama. “Selain objek wisata, kami juga akan menyasar desa wisata yang saat ini belum begitu berkembang,” katanya.
Ia mengatakan, tidak ingin produk yang diproduksi menjadi pasaran dan dijiplak orang lain. Oleh-oleh ditargetkan berbeda dari oleh-oleh pada umumnya sehingga dipasarkan di tempat tertentu saja. *pur