Bangli (bisnisbali.com) –Kenaikan harga komoditas dapur terutama cabai rawit merah tampaknya masih akan terus meroket, bahkan hingga hari ini, Kamis (30/1), harga cabai rawit merah di Pasar Kidul Bangli mencapai Rp 100 ribu per kilogramnya. Lonjakan harga yang terjadi sejak awal tahun 2020 ini ditengarai karena pasokan cabai rawit merah yang minim. Hal ini disebabkan beberapa petani yang sebelumya menanam cabai beralih ke komoditas lain sehingga saat banyak hari raya besar seperti sekarang ini, pasokan justru berkurang.
“Kenaikan harga cabai ini pastinya merupakan hal yang sering terjadi, apalagi permintaan pastinya sedang meningkat, namun tidak diimbangi dengan ketersediaan cabai di petani. Untuk di petani di Bangli, beberapa memang beralih menanam bawang namun tidak semua petani beralih menanam bawang. Selain ini untuk periode tanam sela kali ini, petani juga sedang menanam tanaman lain dan bukan cabai sehingga produksinya menurun sementara permintaan tinggi,” ungkap Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli, Wayan Sarma.
Meski pihaknya mengatakan fluktuatif, ketersediaan cabai ini merupakan hal yang lumrah terjadi. Namun kenaikan harga yang terlampau tinggi pastinya akan sangat memberatkan di kalangan konsumen. Kecilnya jumlah lahan yang saat ini ditanami cabai oleh petani ini tentunya mempengaruhi angka prouksinya, padahal hingga saat ini Bangli juga masih menyuplai keperluan cabai untuk kabupaten lainnya, seperti Buleleng dan juga Denpasar.
“Kita tidak bisa mengintervensi petani terlalu jauh untuk menanam jenis komoditas tertentu di lahannya. Mungkin saja mereka beranggapan dengan mengganti komoditas cabai dengan komoditas lainnya akan lebih untung, sehingga yang bisa kita lakukan adalah dengan memberikan gambaran serta mempelajari pola waktu fluktuasi harga yang berpatokan pada hari hari besar, sehingga harga bisa stabil,” terangnya.
Sementara untuk kemungkinan mendatangkan pasokan cabai rawit merah dari luar untuk menstabilkan harga, pihaknya mengatakan pasti ada upaya untuk itu yang dilakukan oleh pedagang dan juga dinas terkait yang membidangi.
Sementara itu menanggulangi kenaikan harga cabai rawit merah yang terus melonjak beberapa kabupaten seperti Badung melalui Tim Pengendalian Inlansi daerah (TPID) juga akan berencana melakukan kerja sama dengan daerah lain dalam upaya memasok cabai lebih banyak lagi. Karena minim produksi cabai dirasakan di semua kabupaten kota di Bali, pihaknya juga akan menjajaki daerah lain di luar Bali seperti Kabupaten Banyuwangi, Lumajang dan Blitar Jawa Timur.
Adanya penurunan pasokan dari petani ini sangat dirasakan oleh para pedagang dan konsumen di Pasar Kidul Bangli. Menurut Gusti Ayu, salah seorang pedagang di Pasar Kidul Bangli, naiknya harga cabai yang mencapai Rp5.000 per harinya membuat konsumen mengurangi kebutuhan akan keperluan bumbu dapur cabai. “Beberapa konsumen terpaksa mengurangi penggunaan cabai pada masakan atau makanan yang dibuatnya agar tidak mempegaruhi harga jual makanan, terutama bagi mereka penjual nasi atau makanan lainnya. Biasanya mereka bisa membeli 3 hingga 4 kilogram cabai setiap harinya kini cukup hanya 2 kilogram saja,” ungkapnya.
Kenaikan harga cabai ini diakui membuat permintaan menurun drastis sehingga Gusti Ayu yang biasanya bisa menjual cabai hingga 30 kg per hari kini hanya puas bisa menjual 10 hingga 16 kg per hari. “Kita tidak berani menyetok cabai seperti hari sebelum terjadi kenaikan karena takut cabai cepat busuk, sehingga kita sediakan cabai sesuai dengan keperluan saja. Kami berharap harga cabai bisa stabil lagi sehingga tidak pedas seperti hari ini. Selain itu kita juga berharap agar harga tidak naik lagi namun kalau bisa turun sehingga pelanggan dan konsumen tidak merasa di beratkan,” terang Gusti Ayu.
Melihat fenomena ini pihak Dinas Pertanian Provinsi sudah merancang program pada tahun 2020 ini dengan meningkatkan produksi cabai dan bawang mencapai luas 1 ha, yang merupakan pengadaan bibit dan sarana produksi. Program tersebut diharapkan meningkatkan produksi cabai yang ditargetkan 5.073,5 kuintal, sedangkan kebutuhan cabai setiap bulannya mencapai 1.340,4 kuintal.
Selain cabai rawit merah, kenaikan harga juga terjadi pada beberapa komoditi lainnya seperti cabai merah besar, yang sebelumnya Rp 60 ribu per kilonya naik menjadi Rp 70 ribu, cabai rawit hijau yang sebelumnya Rp 30 ribu naik menjadi Rp 3 ribu per kilonya, dan juga jagung pipilan kering. Sementara kenaikan beberapa komoditas juga diimbangi dengan penurunan beberapa komoditas lain seperti telor ayam ras, tomat, dan sawi putih. *ita