Mangupura (bisnisbali.com) –Pertumbuhan pinjaman financial technology (fintech) pada 2020 ini diprediksi akan meningkat signifikan, dengan proyeksi nilai pinjaman dapat menembus Rp250 triliun.
“UMKM Bali potensial mendapatkan pinjaman dari fintech peer to peer (P2P) lending ini, utamanya yang belum bankable namun feasible,” kata pengamat ekonomi Faisal Basri di Kuta.
Ia mengatakan Bali persentase kredit UMKM memang kecil baru 5 persen tapi lebih tinggi dari Kalimantan. Bali paling dominan di wilahan Bali Nusa Tenggara. Dengan adanya fintech P2P lending maka akan terjadi pengembangan inklusi keuangan maupun UMKM di Bali. Pelaku usaha akan dapat tumbuh besar.
Faisal pun menyampaikan pertumbuhan fintech P2P lending memang sangat kencang. Nilai akumulasi pembiayaan P2P lending telah mencapai Rp70 triliun lebih per November 2019, bahkan hingga akhir Desember 2019 bisa tembus Rp80 triliun. Itu menunjukkan pertumbuhan yang tinggi hingga 229 persen lendingnya dibandingkan tahun sebelumnya.
“Perbankan umum pertumbuhan lending 7 persen. P2P lending saat ini tumbuh tinggi padahal awalnya kecil,” ujarnya.
Menurutnya fintech bukan pesaing perbankan malah bisa dijadikan channeling, teruatama dikaitkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR ditargetkan kurang lebih Rp200 triliun pada 2020 dengan bunga turun 6 persen. Untuk mempercepat proses penyaluran KUR tersebut bisa dichannel dengan sistem platform. BPR juga bisa memperoleh atau menyalurkan dana lewa platform.
Dengan saling bekerja sama diakui Faisal pertumbuhan secara ke seluruhan bisa meningkat karena yang belum digarap oelh perbankan terlalu banyak. Perbankan pun tidak mungkin masuk ke segmen kecil apalagi masyarakat umumnya masih berpendapatan kecil dan belum bankable. Fintech P2P juga bisa dijadikan transisi sebelum bankable atau latihan dulu sehingga bisa bankable sehingga meningkatakan perekonomian. *dik