Dihantui Virus Corona, Ekspor Manggis ke Tiongkok Terganggu

Mewabahnya virus corona di Kota Wuhan, Tiongkok mulai berdampak pada terganggunya perdagangan ekspor dari Indonesia.

720

Tabanan (bisnisbali.com) –Mewabahnya virus corona di Kota Wuhan, Tiongkok mulai berdampak pada terganggunya perdagangan ekspor dari Indonesia. Salah satunya adalah ekspor manggis dari Kabupaten Tabanan. Sejak dua minggu terakhir, usai libur Imlek di Negara Tirai Bambu tersebut, sejumlah buyer belum mengajukan permintaan pengiriman hingga saat ini.

“Jika kondisi normal pada 30 Januari ini atau pascalibur Imlek, permintaan buyer di Tiongkok untuk manggis ini sudah ada. Namun hingga saat ini tidak terjadi. Penyebabnya adalah karena mewabahnya virus corona ini,” tutur Direktur PT Bagus Segar Utama sekaligus eksportir manggis, I Wayan Artika, di Desa Sanda, Kecamatan Pupuan Tabanan, Kamis (30/1).

Terangnya, merebaknya virus corona ini membuat permintaan manggis di Tiongkok menurun tajam. Sejumlah buyer bisa dibilang belum memberikan kepastian untuk permintaan pengiriman kembali ke Tiongkok untuk saat ini. Diakuinya, sebelum mewabahnya virus corona ini, pangsa pasar Tiongkok menjadi negara terbesar untuk menyerap manggis produksi Tabanan. Jumlah serapannya tidak terhingga.

 “Biasanya berapa pun vulome ekspor manggis dari Tabanan ke Tiongkok ini pasti habis terserap semua dan harganya juga menguntungkan,” ujarnya.

Jelas Artika, stagnannya ekspor manggis ke Tiongkok ini akhirnya membuat produksi manggis untuk sementara dialihkan untuk mengisisi kebutuhan pasar lokal. Diakuinya, kondisi itu pula yang membuat harga manggis di tingkat lokal jadi sedikit menurun. Pasokan yang berlimpah di tingkat lokal sekarang ini.

Paparnya, saat ini harga manggis di tingkat lokal berada di kisaran Rp 15.000-Rp 20.000 per kg untuk kualitas super, menurun dari kondisi sebelumnya yang diperdagangkan di kisaran Rp 30.000-Rp 40.000 per kg. Prediksinya, harga tersebut kemungkinan tidak akan sampai turun tajam, termasuk pada saat musim manggis yang akan terjadi puncaknya pada Maret mendatang.

Asumsimnya, jika hingga Maret nanti belum ada kejelasan untuk pasar ekspor manggis ke Tiongkok, harga manggis di tingkat lokal ini kemungkinan tidak akan jauh menurun karena terselamatkan oleh Galungan dan Kuningan yang selalu dibarengi dengan meningkatnya permintaan pasar akan buah. Selain itu, adanya kebijakan Gubernur Bali dengan pemanfaatan buah lokal, menurutnya, akan memberi andil besar bagi serapan pasar di tingkat lokal nantinya.

“Meski begitu kami tetap berharap ekspor manggis ke pasar Tiongkok ini bisa kembali pulih pada Maret nanti. Sebab, ada kemungkinan produksi manggis dari Tabanan akan mendominasi pasar Tiongkok di tengah minimnya produksi negara kompetitor (Thailand),”  kilahnya. *man