Tabanan (bisnisbali.com) –Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti bersama Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya, nyaksi prosesi melasti serangkaian Karya Agung Pengurip Gumi 20 Februari 2020 mendatang di Pura Luhur Batukau, Desa Wangaya Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan, Rabu (29/1).
Prosesi melasti diawali dengan persembahyangan Pekeling Metetangi Ngelantur Nedunan Ida Betara yang berstana di Pura Luhur Batukau jagi pacang melasti ke segara, setelah itu dilanjutkan pemelastian yang menempuh jarak kurang lebih 90 km, melintasi 18 desa adat yang akan dilalui dengan berjalan kaki.
Tampak Bupati Eka bersama Wabup Sanjaya dan jajaraan OPD di Lingkungan Pemkab Tabanan, Ketua 1 Karya Pengurip Gumi I Wayan Arya beserta ribuan umat yang hadir saat itu melakukan persembahyangan dengan khusyuk dan khidmat. Melasti bertujuan untuk menyucikan kembali isi jagat raya ini, dilaksanakan dengan berjalan kaki dari pura Luhur Batukau menuju segara Tanah Lot, Tabanan. Melalui upacara melasti ini Ida Bhatara tedun napak pertiwi untuk menghilangkan leteh jagat (kekotoran bumi).
Prosesi ini akan menempuh waktu hingga empat hari tiga malam yang dimulai dari pagi Rabu (29/1) sekitar jam 08.00 Wita dengan berjalan kaki dari Pura Luhur Batukau sampai dengan 1 Februari 2020. Iring-iringan melasti yang mencapai ribuan orang tersebut, terlebih dahulu dari Pura Luhur Batukau akan menyinggahi Pura Puseh Wongaya Gede untuk beberapa saat dan melanjutkan kembali menuju Desa Tengkudak dan singgah di Pura Bale Agung Desa setempat.
Dari sana, selanjutnya rombongan menuju Desa Penatahan, menyeberangi sungai Yeh Ho, ke jalan utama di Pertigaan Jegu, lalu belok kiri menuju pertigaan Buruan dan belok kanan menuju Desa Wanasari. Di Desa Wanasari akan singgah di Pura Bale Agung. Perjalanan berlanjut menuju Beji Desa Tuakilang. Dari Beji ini kemudian naik ke jalan utama utara terminal untuk singgah di Pura Pesimpangan Tuakilang. Dari pura ini perjalanan dilanjutkan menuju Pura Puseh Tabanan untuk bermalam (mererepan).
Keesokan hari, Kamis (30/1), sekitar pukul 05.00 Wita, rombongan melasti memulai kembali perjalanan melalui Patung Sagung Wah ke Jalan Gajah Mada lalu Jalan Melati, di Simpang TL Grokgak Gede – By Pass Soekarno lurus ke selatan dan sesampainya di pertigaan GOR Debes, berjalan ke timur menuju Pura Beji di jembatan Banjar Demung kemudian singgah di pura desa setempat. Bahkan, pada hari itu, iring-iringi melasti diyakini akan mencapai puluhan ribu orang, bahkan lebih.
Usai itu, perjalanan dilanjutkan menuju Jalan Kediri ke selatan, simpang tiga Kediri ke selatan, simpang patung Catur Muka ke selatan, Nyitdah ke timur, pertigaan Mengesang ke timur hingga Bale Banjar Braban Ulun Desa ke selatan kemudian mesandekan/beristirahat sebentar di Pura Desa Beraban. Setelah mesandekan, perjalanan dilanjutkan menuju Tanah Lot.
Setibanya di Pura Tanah Lot akan dilaksanakan upacara yang cukup besar, dimulai Melabuh Gentuh, Padudusan Agung, Mapekelem, dan munggah ke Pura Luhur Tanah Lot. ”Usai prosesi itu, Ida Bethara kembali ke pura melintasi rute yang sama, dan mererepan di Pura Puseh Tabanan,” tutur I Wayan Arya.
Pada, Jumat (31/1), sekitar pukul 05.00 Wita, perjalanan dilanjutkan menuju ke Pura Batukau. Dari pura Puseh Tabanan, iring-iringan melasti kembali berjalan menuju Jalan Gunung Agung ke Utara melalui Pasekan, Tuakilang, Buruan, Penatahan dan singgah di Pura Bale Agung. Perjalanan dilanjutkan ke Desa Tengkudak dan kemudian bermalam (Mererepan) di Pura Bale Agung. Esok hari, Sabtu 1 Februrari 2020, sekitar pukul 06.00 Wita, Ida Bethara kembali munggah ke Pura Luhur Batukau melewati Wongaya Gede. *man