SENIMAN legendaris Bali, Ni Ketut Arini tetap menghidupi tari hingga kini. Lebih dari 60 tahun hidupnya didedikasikan untuk melestarikan seni tari Bali. Maka sangat layak Pemilik Sanggar dan Pendiri Yayasan Warini ini disebut sebagai seorang maestro tari. Tak terhitung sudah Arini telah menghiasi panggung-panggung untuk menari dan mengenalkan tari tradisional Bali khususnya yang memukau ke berbagai negara.
Hal inilah yang menggaet hati fotografer Yan Palapa untuk mengabadikan sosok Ni Ketut Arini melalui karya fotografi. Bentuk apresiasinya ini kemudian dirangkum ke dalam karya buku foto bertajuk “Candra Metu, Ni Ketut Arini” yang memuat sejumlah 50 lebih karya foto Ni Ketut Arini ketika menarikan Tari Candra Metu. Buku ini akan diluncurkan sekaligus dipadu dengan pameran foto melalui kegiatan malam apresiasi yang dihelat pada 25 Januari 2020 mendatang di Maya Sanur Resort & Spa.
“Saya sebagai penggagas acara ini menyadari bahwa ini bukanlah lagi langkah awal sebuah bentuk apresiasi. Sudah banyak langkah yang telah dilakukan baik oleh pemerintah daerah maupun swasta dan perorangan dalam upaya membangun nilai-nilai apresiatif atau penghargaan terhadap seniman maupun bagi seseorang atau badan dalam bidang lainnya,” ungkap Yan Palapa saat ditemui di Sanur.
Dikatakannya, buku foto ini dibuat sebagai bentuk pengingat bahwa segala sesuatu memiliki akar, termasuk tarian. Menurut Yan, harus ada sebuah bentuk, baik berupa patung, lukisan atau apa pun untuk mendokumentasikan sejarah tradisi. ”Berhubung sosok legendaris seperti beliau (Ni Ketut Arini) di Denpasar yang masih hidup dan kuat menari di sisa usianya, jadi ini waktu yang tepat untuk mengabadikannya dalam bentuk buku foto. Ini pula untuk meningkatkan kesadaran akan tradisi yang makin luntur dan menjadi lambang bahwa pelestarian warisan budaya Bali itu penting,” paparnya.
Seorang kurator, Arief Bagus Prasetyo memaparkan rata-rata karya fotografi Yan Palapa memiliki ciri khas yang diistilahkan “blurism”. Jika umumnya foto panggung lain terpaku untuk menangkap foto still, tetapi Yan lebih memilih menangkap gerak sehingga hasil fotonya terlihat bergerak dan hidup. ”Keseluruhan fotonya bersifat abstrak karena konsep dia memang menangkap gerak. Secara filosofis, semua di dunia ini tak ada yang diam (still) bahkan batu sekali pun,” ulasnya.
Sementara itu Ni Ketut Arini mengaku sangat senang dan bangga karena telah diapresiasi dan dibuatkan buku foto yang memuat dirinya dan ikon tarian tradisional Bali yang sudah mulai memudar eksistensinya. ”Setidaknya melalui buku foto ini semoga menjadi pengingat dan memacu generasi penerus untuk terus belajar sehingga tarian tradisional Bali bisa terus terjaga eksistensinya,” harap Arini.
Sebagaimana diketahui, Tari Candra Metu diciptakan oleh maestro tari I Nyoman Kaler pada tahun 1938. Tarian ini menggambarkan keindahan bulan saat keluar dari peraduannya, sinarnya yang bercahaya indah memancar ke tiap sudut bumi. Pada kegiatan malam apresiasi tersebut, sang maestro Ni Ketut Arini akan menarikan tarian ini yang diiringi gamelan Pinda, serta dimeriahkan penampilan penari Wayan Purwanto, fashion show oleh Shinta Chrisna Designer dan pembacaan puisi oleh Ayu Winastri. *dar