Denpasar (bisnisbali.com) –Mengkonsumsi nasi sehat seperti nasi dari beras merah dan beras hitam, berdasarkan penelitian mampu mencegah berbagai penyakit terutama diabetes. Namun tidak semua orang suka mengkonsumsi nasi sehat tersebut, karena dari segi rasa lebih enak beras putih. Dari persoalan tersebut Akademisi Pertanian Universitas Warmadewa, Ir. AA Sagung Putri Risa Andriani, M.Si., menciptakan beras pink yang dari segi rasa sama dengan beras putih namun dari segi nutrisi menyaingi beras merah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terkait indeks glikemik, di Bali sudah banyak masyarakat yang menderita diabetes. Penyakit degeneratif ini, pada akhirnya akan merusak fungsi organ tubuh yang lain. Untuk itu para penderita dianjurkan mengkonsumsi nasi yang rendah glukosa dan memiliki kandungan nutrisi tinggi, seperti nasi dari beras merah.
Namun kendala selama ini, beras merah itu ada rasa sepet bila dikonsumsi. Cuma kalau dicampur dengan beras putih saat memasak, sama saja tidak ada fungsinya dan indeks glikemiknya tetap tinggi. “Apalagi kalau anak – anak disuruh mengkonsumsi nasi merah, kebanyakan tidak mau. Karena dari segi rasa kurang enak dimakan,” terangnya.
Dari persoalan tersebut Dosen Agroteknologi Fakultas Pertanian Unwar ini, melakukan percobaan dengan berbagai perlakuan sehingga menghasilkan beras pink. “Kami membuat beras merah menjadi tidak begitu sepet dan lebih pulen. Jadi beras merah kami lakukan pengaturan saat penyosohan, kulitnya dihilangkan sedikit sehingga menjadi beras pink,” ungkapnya.
Dikatakan untuk membuat beras pink, ia menggunakan beras merah dari dataran rendah. Beras pink ini lebih disukai oleh semua kalangan termasuk anak-anak. Karena warnanya yang menarik, yaitu pink alami dan bukan dari pewarna.
Lebih lanjut dikatakan, perlakuan yang dilakukan terhadap beras merah hingga menjadi beras pink tidak berpengaruh terhadap indeks glikemiknya. “Karena kulitnya hilang sedikit, maka anti oksidannya berkurang sedikit dan tidak terlalu signifikan. Dan masih lebih baik dari beras putih yang sama sekali tidak ada antioksidannya,” tukasnya.
Beras pink ini tinggi peminat meski harganya lebih tinggi dari beras putih yaitu Rp14 ribu per kilogram. “Saya ingin membuat, bagaimana supaya beras itu sehat dan tetap diminati oleh masyarakat. Selain itu harganya juga terjangkau, karena dengan sistem organik tidak harus mahal bila pupuk dibuat sendiri dari bahan yang mudah didapat disekitar kita,” pungkasnya. *pur