KARANGASEM digagas mengembangkan atau sebagai pusat wisata spiritual. Namun, gagasan itu tampak belum terlaksana dengan intensif. Padahal, dari segi potensi, Karangasem berpotensi besar dalam menambah daya tarik atau khasanah pariwisata. Terutama dalam rangka menarik wisatawan yang berkualitas tidak sekadar kuantitas.
Praktisi pariwisata di Karangasem, Ir. Ida Made Alit mengakui, Karangasem sangat potensial dalam mengembangkan wisata spiritual. Pengelola Taman Soekasada Oejoeng (TSO) Karangasem ini mengatakan, di objek wisata cagar budaya yang dikelolanya, seringkali datang wisatawan mancanegara (wisman) untuk bermeditasi, yoga atau bahkan sembahyang.
Ia menambahkan, beberapa waktu lalu rombongan wisman asal Cina, selain berwisata konvensional juga minta ikut sembahyang. Mereka pun diarahkan sembahyang ke padmasana di TSO. “Sembahyang mereka sangat khusyuk. Minta diperciki tirta, dan sangat senang saat diberikan bija. Kebetulan orang Cina kepercayaannya tak jauh dengan kita di Bali. Selain diberikan kain dan selendang untuk sembahyang, kita juga sampaikan sedikit filsafatnya,” katanya.
Ia mengatakan, wisata spiritual bukan berarti mengajak wisatawan sembahyang ke rumah ibadah. Namun bagaimana, agar wisatawan itu selain menikmati keindahan alam, seni dan kebudayaan, juga wisatawan itu tujuan utama berlibur ke Bali untuk bersantai usai mereka bekerja beberapa bulan bahkan bertahun-tahun. Ada baiknya, mereka selain bersantai saat liburan, juga ada manfaat lain, yakni mengisi dan memberi motivasi spirit, sehingga saat liburan ke Bali, tak cuma bersantai dan hura-hura, tetapi ada nilai lain yang didapat yakni kesehatan jasmani dan rohani. Misalnya, apakah lewat yoga, meditasi dan belajar tentang kehidupan. “Saya kira kalau mendapatkan nilai spirit, tentunya wisatawan itu akan mendapatkan kesan tersendiri baik saat masih di Karangasem atau pun setelah pulang ke negaranya,” katanya.
Menurut Ida Made Alit yang juga Manajer TSO itu, potensi wisata Karangasem itu harus dimanfaatkan. Caranya harus dikelola profesional, sarana dan prasarana disiapkan, demikian juga pelayanan harus bertaraf internasional. Wisatawan jangan sampai merasa tertekan apalagi tertipu. “Jangan sampai banyak terjadi komplin atau protes karena kecewa, sulit mencari tempat parkir, toilet tidak ada, atau pun kalau ada tetapi kotor dan tak layak pakai,” kata mantan anggota DPRD Bali itu. *bud