Di bawah kepemimpinan Bupati Nyoman Giri Prasta, S.Sos. dan Wabup Drs. Ketut Suiasa, S.H., pembangunan dilakukan di semua sektor yang muaranya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Khusus di sektor perikanan, Badung pun berupaya meningkatkan produksi baik hasil tangkap ikan maupun budi daya ikan air tawar. Kiat atau strategi apa yang dilakukan?
MELALUI Dinas Perikanan, Badung berupaya meningkatkan produksi ikan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Badung. Selain memenuhi kebutuhan, peningkatan produksi juga diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan.
Kepala Dinas Perikanan Badung Nyoman Suardana didampingi Sekretarisnya Wayan Sujana dan Kabid Produksi dan Sarana Gede Ngurah Sedana, saat ditemui Jumat (17/1) kemarin mengatakan, khusus untuk ikan tangkap, pihaknya sejak dulu telah menerapkan alat yang dinamakan fish fender. Alat yang dimasukkan ke air laut ini nantinya mampu mendeteksi keberadaan ikan. “Dengan alat ini, nelayan sangat terbantu untuk menentukan titik-titik keberadaan ikan. Selanjutnya, hasil tangkapan pun bisa lebih banyak,” katanya.
Namun menurut mantan Kabag Umum Setda Badung ini, alat ini memiliki sejumlah kelemahan. Jenis ikan serta besarannya tak terdeteksi. “Ini merupakan titik lemahnya,” katanya sembari menambahkan, alat ini dibantu dengan GPS.
Karena itu, Badung pun terus mengembangkan teknologi dalam penangkapan ikan. Saat ini lewat Badan Litbang, Badung telah menemukan aplikasi Fish Go. Aplikasi ini sudah terpasang dan dan kini dalam penyempurnaan.
Kelebihan alat ini, ujar Suardana, mampu mendeteksi komunitas ikan, jenis serta besarannya. “Karena itu, nelayan tak lagi sembarangan menangkap ikan dan tak lagi harus spekulatif dalam mencari-cari titik lokasi,” ujarnya sembari menambahkan, aplikasi ini direct dari satelit. Namun khusus untuk Fish Go, Suardana meminta agar media meminta keterangan lebih rinci di Badan Litbang.
Hanya inikah? Ternyata belum. Badung juga memberikan dukungan sarana dan prasarana kepada kelompok-kelompok nelayan yang ada.
Khusus untuk nelayan tangkap, Badung memberikan bantuan berupa jukung serta mesin motor tempel 15 PK. Pihaknya juga memberikan bantuan alat tangkap seperti jaring dan pancing dan memberikan bantuan life jacket untuk alat keselamatan serta pembuatan balai kelompok nelayan.
Saat ini di Badung ada 232 kelompok nelayan tersebar di 6 kecamatan. Di Kuta Selatan 45, Kuta 22, Kuta Utara 15, Mengwi 67, Abiansemal 68, serta Petang 15 kelompok nelayan. Dengan alat ini, ujar Suardana, secara keseluruhan, produksi ikan bisa meningkat. Pada 2019, dari target 7.500 ton bisa tercapai sekitar 8.000 ton.
Apa yang dilakukan setelah produksi ikan berlebih? Menurut Suardana, pihaknya saat ini merancang aplikasi marketplace untuk memperpendek alur transaksi dari nelayan ke pembeli. “Tanpa alat ini, hasil tangkapan ikan sangat rawan untuk rusak jika disimpan dalam waktu agak lama,” katanya.
Walau masih di tengah laut, katanya, nelayan bisa meng-upload hasil tangkapan selanjutnya di-share di aplikasi ini. Karena di-share, pembeli sudah tahu jenis ikan yang dijual serta spesifikasinya. Begitu sampai di bibir pantai, ikan sudah ada yang membelinya. Nelayan tak perlu lagi melewati pengepul sehingga harga yang diterima nelayan pun akan lebih baik.
Jika memang masih berlebih, tegasnya lagi, pihaknya melakukan tiga langkah lanjutan. Pertama, ikan-ikan ini akan dipindang sehingga bisa tahan lama. Kedua, akan dilakukan proses antarpulau atau antarkabupaten, dan ketiga akan diolah jadi ikan asin. “Ini untuk mengamankan stok di saat terjadi paceklik,” ungkapnya.
Upaya lain, tegasnya, Badung juga sudah menyiapkan cold storage untuk menyimpan ikan-ikan segar. “Ini juga menjaga ikan tetap segar,” ungkapnya. *sar