Mangupura (bisnisbali.com) –Petinggi DPD II Golkar Badung dan DPD Nasdem Badung, Senin (6/1) sudah bertemu di sebuah rumah makan di Dalung, Kuta Utara untuk membicarakan arah koalisi. Yang menarik, pertemuan perdana Golkar dan Nasdem ini turut dihadiri pihak Gerindra Badung.
Pertemuan ketiga pimpinan parpol ini dipimpin langsung oleh Plt. Ketua DPD Golkar Badung I Wayan Suyasa, S.H., Ketua DPD Nasdem Badung I Putu Gede Suryanta dan dari pihak Gerindra hadir langsung Ketua DPC Gerindra Badung IGK Puriartha.
Selain pimpinan parpol turut hadir anggota Fraksi Golkar DPRD Badung, seperti Ni Luh Gede Sri Mediastuti, Ni Ketut Sueni, Nyoman Suka, IGN Shaskara, I Gede Suardika (Nasdem) dan kader Golkar I Wayan Puspa Negara dan AAN Tri Candra Arka.
Pertemuan yang berlangsung hangat ini intinya sepakat membangun gerbong koalisi agar bisa menelurkan calon bupati/wakil bupati di Pilkada Badung melawan calon petahana dari PDIP. Ide koalisi ini salah satunya dipicu oleh kekecewaan Golkar dan Nasdem. Pada Pileg 2019 lalu, sebagai mitra koalisi pendukung pemerintah justru mereka merasa “dihabisi” oleh PDIP, sehingga perolehan kursi Golkar melorot dari 10 menjadi 7 kursi.
Pihak Gerindra yang hadir pada kesempatan itu juga mengaku dirugikan oleh rezim Giriasa sekarang, lantaran perolehan kursinya juga ikut anjlok dari 4 menjadi dua. Sementara pihak Nasdem mengaku tidak diberikan ruang untuk berkembang sehingga kursi Nasdem tetap satu.
Atas kesamaan “nasib” ini Golkar dan Nasdem memastikan ingin menantang PDIP di Pilkada Badung. Sementara pihak Gerindra sendiri mengaku berminat bergabung dengan koalisi. Hanya partai besutan Prabowo Subianto ini harus menunggu restu pusat.
Plt. DPD Golkar Badung I Wayan Suyasa menyatakan, koalisi yang dikoordinir Golkar ini memang tidak segemuk PDIP, namun bukan berarti tidak bisa menang. Ia menyebut sejumlah daerah sudah membuktikan bahwa kotak kosong dan calon boneka justru menang melawan petahana. Ia pun optimis petahana yang diusung PDIP ditambah Demokrat bisa dikalahkan.
“Ini baru kumpul pertama. Mudah-mudahan ada titik temu sehingga kita bisa koalisi dan membangun wadah untuk mengusung calon di Pilkada Badung,” ujarnya.
Sejauh ini, pihaknya mengaku ikut memenangkan pasangan Nyoman Giri Prasta-Ketut Suiasa di Pilkada Badung tahun 2015 silam. Akan tetapi, setelah pasangan ini berkuasa justru parpol di luar PDIP dihabisi pada pileg.
“Waktu ini kita mendukung mereka dapat apa? Saat dipentingkan dirangkul, setelah jadi kita malah ditendang. Buktinya kita dihabisi di Pileg. Kursi PDIP nambah jadi 28, sementara Golkar turun dari 10 menjadi 7. Kemudian Demokrat dari 7 jadi 2, Gerindra dari 4 menjadi 2 dan Nasdem bertahan 1 kursi. Ada Hanura lenyap (tidak dapat kursi-red),” beber politisi asal Penarungan ini.
Atas hal itu, pihaknya berharap parpol-parpol di luar PDIP bersatu untuk membangun pemerintahan yang lebih baik. Caranya adalah dengan mengusung calon bupati/wabup yang lebih baik. “Karena Demokrat sudah menyatakan gabung ke PDIP. Makanya kami mengajak Nasdem dan Gerindra gabung melawan PDIP,” tegasnya.
Dengan perolehan 7 kursi, Golkar sebenarnya perlu satu mitra koalisi saja sudah bisa mengusung calon sendiri. Akan tetapi, pihaknya masih berharap Gerindra bisa gabung sehingga kekuatan koalisi semakin kuat. “Syarat mengusung calon adalah 20 persen. Jadi, Golkar dengan 17,5 persen dan Nasdem 2,5 persen sudah 20 persen, sudah cukup. Kalau Gerindra gabung total jadi kekuatan koalisi kita 25 persen,” terang Suyasa yang juga Wakil Ketua I DPRD Badung ini.
Sementara Ketua DPC Gerindra Badung IGK Puriarta mengaku pada intinya sejalan dengan pemikiran Golkar. Pihaknya ingin membangun Badung secara kebersamaan. Sejauh ini ia pun mengakui siap berkoalisi. Hanya untuk keputusan koalisi pihaknya harus minta izin dulu ke provinsi dan pusat.
“Sebenarnya kami yang ingin sowan ke Golkar, tetapi karena sekarang sudah diundang, suksma. Intinya, karena kursi Gerindra belum mencukupi, maka harus koalisi dengan Golkar. Masalah di Badung juga sudah kami paparkan ke pusat. Memang ada anggapan sulit mengalahkan incumbent. Tetapi, sudah ada contoh di beberapa daerah incumbent tumbang,” ujarnya.
Bila disetujui induk partainya, pria yang akrab disapa Gus Krobo ini mengaku sangat siap bersama gerbong Golkar. “Kami sepakat bangun koalisi menyiapkan kendaraan. Nanti siapa kader partai atau tokoh masyarakat mau maju, tinggal kita adakan komunikasi. Tujuan kita supaya menang,” tegasnya sembari menambahkan bahwa hasil Pileg 2019 raihan kursi di DPRD Badung sangat timpang antara PDIP dan parpol lain.
“Sekaranglah saatnya kita membuat perubahan. Tidak hanya untuk Pilkada 2020, tetapi juga Pileg 2024,” imbuhnya.
Hal senada juga dilontarkan Putu Gede Suryanta dari Nasdem. Pihaknya mengaku sejak awal memang mempersiapkan diri gabung Golkar untuk melawan PDIP di Pilkada Badung 2020, makanya satu-satunya kader Nasdem yang lolos parlemen merapat gabung ke Fraksi Golkar.
“Dari dulu sebenarnya kami sudah melempar signal dengan bergabung ke Fraksi Golkar. Gabungan 7-1 (Golkar-Nasdem) sebenarnya sudah cukup mengusung calon,” timpal Suyanta.
Ia pun sepakat akan memberikan apabila nanti ada yang ingin memakai wadah koalisi untuk melawan petahana. “Nasdem intinya siap koalisi dengan Golkar. Toh juga mendukung pemerintah kita tidak dapat apa, justru kami dihabisi. Tujuan kami adalah di Pileg nanti jumlah kursi bertambah. Siapa pun yang nanti diusung kami pasti ikut,” katanya.
Lebih lanjut Suyasa menambahkan, koalisi Golkar-Nasdem sudah pasti jadi. Saat ini pihaknya hanya menunggu kepastian Gerindra karena harus seizin induk partai. “Kami berikan waktu seminggu kepada Gerindra untuk mengambil keputusan. Apakah gabung atau tidak,” timpal Suyasa.
Bila koalisi ini sudah resmi terbentuk, selanjutnya akan dibentuk bagan dan struktur kepengurusan. Golkar sendiri telah menujuk AAN Tri Candra Arka sebagai ketua tim penjaringan calon Pilkada. “Untuk mekanisme penjaringan calon tentu nanti harus berdasarkan kesepakatan partai koalisi. Intinya, sekarang bagaimana wadah (koalisi) ini terbentuk, sehingga bisa mengusung calon ke KPU,” pungkas Suyasa. *adv