Denpasar (bisnisbali.com) – Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Denpasar menggelar Denpasar Fashion Festival (DFF) ke-2 tahun 2019. Berbeda dengan tahun sebelumnya, Pergelaran fashion show yang menampilkan karya-karya desainer lokal ini, dilakukan di Tukad Badung pada Minggu (29/12).
DFF yang mengandeng 60 orang Duta Endek Kota Denpasar ini berkonsepkan “Fashion Street Show” dengan tema “Lila Cita”. Ada 10 desainer lokal yang menampilkan karyanya dengan menggunakan kain tradisional Endek dalam setiap balutan busananya. Hadir dalam kesempatan tersebut Sekda Kota Denpasar AAN Rai Iswara, Ketua Dekranasda Kota Denpasar Ny. Selly Dhrama Wijaya Mantra, Wakil Dekranasda Kota Denpasar Ny. Antari Jaya Negara, Kepala Disperindag Kota Denpasar Ni Nyoman Sri Utami beserta OPD lainnya.
Kepala Disperindag Kota Denpasar Nyoman Sri Utami dalam kesempatan ini, mengatakan, DFF diadakan atas gagasan Ny. Selly Mantra yang ingin terus menggaungkan kain endek. Dipilihnya tempat di Tukad Badung, kata Sri Utami, dikarenakan pihaknya ingin mengubah kesan masyarakat yang sebelumnya menilai fashion show lebih terkesan mewah, namun ternyata bisa memasyarakat.
Secara tidak langsung pergelaran ini menurutnya juga mampu mempromosikan keberadaan Pasar Badung kepada masyarakat terutama generasi muda. Kesan pasar yang becek dan kumuh bisa dihilangkan dengan pengenalan kawasan Pasar Badung ini. “Dengan adanya event ini, pedagang juga diuntungkan. Kita kenalkan pada ibu-ibu sosialita dan generasi mudah keberadaan Pasar Badung. Jadi kesan kumuh berubah ke bagus dan bersih,” teragnya.
Di samping itu, Sri Utari menambahkan maksud dan tujuan diadakannya ajang ini adalah untuk memperkenalkan dan mempromosikan kain tradisional, memperkenalkan dan mempromosikan designer-designer lokal yang tergabung dalam ASBEST Kota Denpasar serta menggunakan talenta-talenta terbaik Kota Denpasar yang tergabung dalam Duta Endek Kota Denpasar.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Kota Denpasar Ny., Selly Mantra mengatakan, digelarnya DFF di Tukad Badung dalam upaya mensosialisasikan kepada masyarakat jika fashion show bukan suatu program yang glamor yang hanya dilakukan di hotel atau gedung, namun fashion show kali ini lebih kepada hal yang berwawasan budaya.
“Dengan mengangkat kain tenun endek khas Bali dan masyarakat luas bisa melihat kain yang biasanya hanya dipakai untuk kegiatan adat, tapi bisa dijadikan fashion yang menarik dan digemari. Kesan kuno berubah setalah dipamerkan menjadi produk-produk yang menjadi tren dan terpenting anak muda tidak malu lagi menggunakan endek,” ujarnya.
Selanjutnya, kata Selly, untuk meningkatkan pemasaran kain endek Bali, pihaknya juga terus aktif menggelar pelaiihan tenun. Hal ini dikarenakan makin terbatasnya SDM, yang ketertarikan generasi muda makin memudarkan untuk menjadi penenun. *adv