Selama beberapa tahun ini di Karangasem, tidak ada investor yang datang berinvestasi dalam skala cukup besar. Kalau ada investasi baru dalam skala besar, tentunya selain perekonomian tumbuh bagus, juga lapangan pekerjaan terbuka. Apa yang harus dilakukan tahun 2020 ini dalam rangka menggerakkan pertumbuhan ekonomi, di Bumi Gunung Agung?
WAKIL Ketua DPRD Karangasem yang juga seorang pengusaha I Nengah Sumardi, mengatakan perlunya mengundang atau menarik investor agar mau berinvestasi di Karangasem. Sebab, di Karangasem sudah beberapa tahun, apalagi pascagejolak Gunung Agung tahun 2017 orang berpikir ulang untuk mau berinvestasi. Cara menarik investor, mereka mesti diberikan kemudahan dalam pengurusan izin. Selain itu, juga diberikan keyakinan akan stabilitas sosial politik dan keamanan. ‘’Infrastruktur jalan sudah ada, tinggal kelanjutannya seperti pembangunan Jl. Bypass Ida Bagus Mantra. Fondamen lain dalam infrastruktur, seperti pelabuhan kapal pesiar juga sudah ada, tinggal melanjutkan pembangunannya sehingga bisa dioperasionalkan,’’ papar Sumardi yang mantan Ketua DPRD Karangasem itu.
Di lain pihak, Ketua DPRD Karangasem I Gede Dana ditemui di tempat terpisah, juga menyampaikan pandangan serupa. Selain menarik investor besar dalam berbagai bidang, baik pariwisata, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) juga tak bisa dikesampingkan. Selama ini, baik UMKM maupun sektor pertanian dikenal cukup tangguh dalam mengatasi dan mampu bertahan pada situasi perekonomian yang terdampak pada krisis ekonomi global. Pertanian meski ada kecenderungan penurunan dari segi sumbangannya terhadap pendapatan regional bruto, tetapi digeluti sebagian besar penduduk di Karangasem. ‘’UMKM dan sektor pertanian sangat potensial mensejahterakan masyarakat, juga dalam menampung tenaga kerja,’’ kata Gede Dana.
Sementara itu, kalangan pengusaha di Karangasem seperti Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indoensia (Aprindo) Kabupaten Karangasem Gusti Nyoman Gariada menilai, kalangan atau perajin di sektor UMKM tak perlu minder. Perajin atau industri rumah tangga, lebih potensial memberikan keuntungan, jika produknya mampu menembus pasar modern atau toko modern. Apa yang harus dilakukan agar produk UMKM bisa lebih luas dan menembus toko modern berjaringan?
Gusti Nyoman Gariada berpendapat, ke depan kalangan pengusaha UMKM tak perlu minder. Perajin harus maju. Gariada yang memiliki belasan usaha dalam berbagai jenis, dari toko kelontong, kuliner, toko alat tulis dan kantor (ATK) itu mengatakan, dari pengalamannya selama ini, pihaknya memiliki toko. Tokonya tetap menampung produk pengusaha kecil, seperti jenis kerajinan. Ternyata dari laporan penjualannya, penyumbang keuntungan terbesar justru dari produk UMKM yang dimasukkan ke tokonya. ‘’Produk UMKM, terutama yang unik dan diperlukan yang laris dan memberikan keuntungan besar. Produk yang sekadar karena harus perang harga atau keuntungannya sangat tipis itu, ya produk kemasan dari luar atau pabrikan, seperti berbagai jenis rokok,’’ paparnya.
Karena memiliki potensi besar memberikan keuntungan dan tentunya akan menguntungkan perajin atau kalangan UMKM, perajin harus optimis. Bekerja lebih keras dan mampu mempertahankan kualitas produknya. Kemasannya harus dibuat bagus atau menarik konsumen dan mengikuti perkembangan zaman. ‘’Produk UMKM itu sulit ditiru, apalagi produk kerajinan tangan. Produk UMKM itu sulit diperbandingkan harganya, karena itu pelaku UMKM tak perlu minder. Keunggulan produknya dibandingkan produk pabrikan atau industri besar itu, jangan disia-siakan,’’ paparnya.
Menurut Gariada, kelemahan selama ini kalangan pengusaha atau perajin kalangan UMKM khususnya di Karangasem, adalah masalah sumber daya manusia (SDM). Manajemen belum baik. Dia mencontohkan, saat ada order besar dari luar negeri karena produknya menarik, ada order dari orang Jerman dengan jumlah yang banyak, ternyata perajin kita menyerah. Karena tak mampu memenuhi permintaan produk dalam jumlah besar, dalam waktu penyediaan yang sudah ditentukan. Artinya, masalah itu terjadi karena manajemen kurang baik, dan belum ada kerja sama dengan perajin atau pengusaha lainnya. ‘’Harusnya, kalau tak mampu memenuhi order konsumen seorang diri, karena tiba-tiba mendapat order dalam jumlah banyak, dicari segera jalan keluarnya. Kerja sama dengan produsen atau perajin lainnya, jangan kerja sendiri. Kalau kerja sendiri, tentunya tak akan bisa maju,’’ tegasnya.
Di lain pihak, Konsultan SDM dari Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Denpasar, Dewa Gede Karuna Jaya mengatakan, ke depan ini dalam rangka menghadapi persaingan global, kerja sama dan komunikasi antarpengusaha atau perajin apalagi kalangan UMKM itu makin pernting. Segala sesuatu dikerjasamakan. Tak ada orang sukses atau maju dengan cara bekerja sendiri. Semuanya memerlukan kerja sama. ’’Segala sesuatu itu harus dikerjasamakan. Kalau jalan sendiri-sendiri, akan sulit maju. Kerja sama itu, kalau teman mendapatkan jalan, harus membukakan jalan kepada rekan lainnya. Saat ini produk perajin atau kalangan UMKM sudah banyak yang bisa masuk ke toko modern berjaringan, seperti ke Krisna Oleh-oleh,’’ paparnya.
Menurutnya, peluang sekecil apa pun harus dilirik dan diambil. Dengan peluang yang ada, harus terus belajar dan bagaimana memperbaiki kualitas produk, guna memuaskan konsumen. Di depan puluhan kalangan pengusaha UMKM, industri rumah tangga berbagai produk di Karangasem, seperti virgin coconut oil, penggaraman tradisional rakyat, berbagai jenis penganan seperti berbagai jenis produk keripik, olahan salak seperti dodol, kurma atau wine salak, bisa ditawarkan ke toko modern berjaringan. ‘’Jangan minder dan mundur ketika merasa tak mampu memenuhi order yang diminta, cari jalan ke luarnya. Kerja sama dengan rekan-rekannya. Intip sekecil apa pun peluang dan selalu dekat dengan kalangan pemerintah baik dari pihak Disperindag atau pun Dinas Koperasi dan UMKM. Di mana ada even pameran atau diklat, ikuti saja. Dari sana akan dapat banyak pengalaman, informasi bahkan mungkin peluang promosi dan tak tertutup kemungkinan memperluas pemasaran,’’ saran Dewa Karuna Jaya. *bud