Mangupura (Bisnis Bali) – Sedang Barong Festival yang digelar di Wantilan Jaba Pura Dalem, Desa Sedang, Abiansemal, Badung diharapkan dapat menjaga dan bisa melestarikan seni dan budaya Bali, khususnya bapang barong dan kendang tunggal. Seni bapang barong diharapkan ke depannya dapat menjadi ikon Desa Sedang dan menjadi desa wisata karena daerah ini banyak terdapat potensi di bidang seni dan budaya.
“Melalui festival kali kedua mulai 27-29 Desember 2019 ini bisa kami harapkan bisa lebih membangkitkan kreativitas seni sehingga dapat melestarikan seni dan budaya seperti mekendang dan barong, agar tidak mengalami kepunahan,” kata Ketua Panitia Putu Gede Hendrawan.
Ia yang juga sebagai Pendiri Paguyuban Kandapat ini menerangkan, pentas seni bapang barong akan sangat memberikan kontribusi terhadap desa wisata jika ada kolaborasi antara pelaku pariwisata dan seniman. Pentas bapang barong bisa bisa menjadi ikon yang diunggulkan di dunia pariwsata untuk menarik lebih wisatawan datang ke desa-desa.
“Tari bapang barong banyak dilakukan di desa desa. Selama ini pun pertunjukan barong mereka mengenalnya hanya di Batubulan, sehingga adanya Sedang Barong Festival bisa menjadi ikon wisata desa Sedang,” harapnya.
Terlebih lagi Desa Sedang merupakan salah satu desa di kecamatan Abiansemal terkenal akan keberadaan seniman tari, tabuh, pahat dan kerajinan patung. Untuk mengangkat kembali kesenian dan budaya asli Bali inilah festival barong digelar. Selain tentunya berharap adanya penerus masa depan mengingat Sedang Barong Festival terinspirasi oleh sesuwunan yang ada di setiap Pura-Pura yang ada di Bali, terutama di Desa Sedang.
“Dengan adanya festival kami harapkan generasi-generasi muda bisa nanti ngayah pada sesuwunan dan menarikan sesuwunan yang ada di Pura sesuai dengan pakem-pakem barong itu sendiri,” tegasnya.
Ia tak memungkiri, pelaksanaan Sedang Barong Festival berawal dari sebuah rasa kekhawatiran akan terjadinya pergeseran nilai seni dan budaya di kalangan anak muda akibat kemajuan teknologi informasi. Karenanya pihaknya bersama Paguyuban Kandapat berharap generasi muda atau anak-anak muda Bali, kembali kepada jati diri, kembali kepada seni dan budayanya dan kembali kepada roh daripada Bali itu sendiri.
Festival untuk kali kedua ini melibatkan peserta tercatat lebih banyak dari tahun lalu. Tahun ini melibatkan 74 peserta meningkat dari tahun lalu mencapai 57 pasangan dari seluruh daerah di Bali. Peserta SD mencapai 14 paket, SMP 30 paket dan umum 30 paket. Festival terdiri 3 kategori diperlombakan meliputi lomba bapang barong buntut, ket dan mekendang tunggal kategori umur 8 – 12 tahun berpasangan, lomba bapang barong buntut dan mekendang tunggal kategori umur 13 – 15 tahun berpasangan se-Bali dan lomba bapang barong ket dan mekendang tunggal kategori umur 16 – 25 tahun berpasangan se-Bali.
“Penilaian bapang barong akan ditentukan dari pakem-pakem seni menarikan barong, sementara kendang dari keselarasan antara gerakan barong dan kendang,” jelasnya.
Kabid Kesenian dan Tenaga Kebudayaan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali NI Wayan Sulastriani, mewakili Wagub Cokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menyampaikan memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan festival tersebut. Festival merupakan salah satu cara untuk membangkitkan minat dan bakat generasi muda dalam melestarikan kesenian barong dan kendang tunggal.
Sulastriani berharap banjar-banjar dari desa adat, komunitas, sekaa, sanggar bisa melakukan kegiatan pelestarian dan pengembangan seni budaya seperti model bapang barong dan makendang secara berkesinambungan.
“Kami harapkan kegiatan ini tidak berhenti pada satu titik, diharap berkelanjutan, terlebih dalam upaya pelestarian nilai-nilai budaya Bali,” ucapnya.*dik
Jadi Ikon Desa Wisata, Barong Festival Upaya Pelestarian Seni dan Budaya Bali
Berita Terkait