Senin, November 25, 2024
BerandaBaliBangliCatatan Akhir Tahun 2019, Genjot PAD, Maksimalkan Garap Potensi SDA  ...

Catatan Akhir Tahun 2019, Genjot PAD, Maksimalkan Garap Potensi SDA   

Kabupaten Bangli dikenal dengan keindahan alamnya yang masih alami, udaranya yang segar dan sejuk dan berada di tengah-tengah Pulau Bali.

Bangli (bisnisbali.com) –Kabupaten Bangli dikenal dengan keindahan alamnya yang masih alami, udaranya yang segar dan sejuk dan berada di tengah-tengah Pulau Bali. Tidak seperti kabupaten lainnya, Bangli tidak memiliki pesisir pantai. Meski demikian, Bangli memiliki banyak sumber mata air yang dimanfaatkan juga oleh kabupaten lainnya. Namun sayangnya, selama bertahun tahun pemanfaatan SDA ini belum ditata dan dikelola dengan baik, sehingga pemanfaatan sumber mata air ini menjadi tidak jelas. Mengapa demikian? Berikut laporannya.

Dengan kekayaan alam ini, seharusnya Bangli bisa mendapatkan pendapatan asli daerah (PAD) lebih, selain juga dari panorama alamnya yang banyak memiliki tempat wisata alam yang menarik. Potensi sumber daya alam (SDA) alam ini belakangan mulai dilirik untuk kemudian ditata dengan baik sesuai dengan peruntukkannya sehingga Bangli mendapatkan kontribusi dari pemanfaatan air ini. Keseriusan Pemkab Bangli terlihat jelas di mana Bupati Bangli, I Made Gianyar mulai mengenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bangli dari sektor sumber daya air. Wacana ini tidak sekadar isapan jempol belaka dan untuk mewujudkan keinginan tersebut, Bupati Made Gianyar mengaku sudah menyiapkan surat yang ditujukan kepada Gubernur Bali selaku perwakilan pemerintah pusat dan menembuskannya ke bupati yang daerahnya memanfaatkan air dari Bangli.

”Betul saya sudah menugaskan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk segera membuat surat dan menyiapkan instrumen pendukungnya. Intinya surat ini merupakan bentuk perjuangan Bangli untuk mendapatkan keadilan,” kata Bupati Made Gianyar, saat membuka rapat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) Bangli di Objek Wisata Air Terjun Tibumana, belum lama ini.

Kabupaten Bangli sebagai daerah penyangga dan penghasil air bersih di Provinsi Bali, dinilainya belum mendapat perhatian yang cukup dari Pemprov Bali maupun kabupaten lainnya yang memanfaatkan air dari Bangli. “Kalau bisa saya contohkan, selama ini Kabupaten Badung dan beberapa kabupaten lainnya menggunakan air bersih dari Bangli untuk kepentingan pariwisata dan mendapatkan pemasukan dari menjual air. Di sisi lain, Kabupaten Bangli sebagai daerah penghasil air tidak dapat apa-apa. Nah, asas keadilan inilah yang sedang kita perjuangkan, sehingga  peran penting Bangli sebagai daerah penyangga di Bali mendapat perhatian khusus,” katanya.

Bahkan, pernyataan Bupati asal Kintamani ini juga disertai ancaman, apabila tidak ada respons positif dari pimpinan daerah, pihaknya tidak akan segan-segan akan mereklamasi sungai mati yang ada di Bangli. Upaya tegas dari pimpinan kabupaten berhawa sejuk ini membuahkan hasil dan Gubernur Bali merespons positif dengan mengatur restribusi serta pengaturan pemanfaatan air sesuai yang diharapkan Bupati Bangli.

Selain sebagai penyangga dan penghasil air bersih, Bangli juga memiliki daya tarik berupa alamnya yang indah dan sejuk yang belum terkontaminasi polusi utamanya dari timbal yang berlebihan seperti yang terjadi di Kota Denpasar dan Badung. Daya tarik berupa alamnya yang indah ini ternyata belum digali maksimal, meskipun ada yang sudah mendatangkan pengunjung atau turis, namun pengelolaannya belum profesional, sehingga perlu untuk ditata.

Guna menyamakan persepsi dan menata pariwisata di Bangli, Bupati Made Gianyar mulai mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat.

Kabupaten Bangli tidak harus sama dengan kabupaten lainnya. Bangli merupakan daerah yang memiliki kekhasan tersendiri, sehingga konsep pariwisata berbasis masyarakat paling tepat dikembangkan di Bangli.

Ia mengatakan, jika pengembangan pariwisata hanya terfokus pada satu titik saja, tentu kesenjangan antara pelaku pariwisata akan sangat terasa, sehingga ia ingin desa-desa yang memiliki potensi bisa dikembangkan menjadi desa wisata. “Saat ini Bangli sudah memiliki 31 desa wisata yang tersebar di empat kecamatan,  selain 31 desa ini, masih banyak lagi desa-desa di Bangli yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi desa wisata. Jika desa-desa wisata ini bisa berkembang dengan baik, ke depan kami  ingin Bangli memiliki paket wisata tersendiri, dengan Batur UNESCO Global Geopark sebagai lokomotifnya,” katanya.

Jika penataan pariwisata di Bangli sudah baik, Bupati Made Gianyar yakin, ke depan Bangli bisa menjual paket wisata tersendiri. Jika ini bisa diwujudkan, wisatawan tidak hanya sekadar mampir makan, foto-foto, kemudian pergi tetapi mereka akan tinggal lebih lama di Bangli.

Made Gianyar juga mengaku akan membuat regulasi, agar desa-desa di Bangli yang sudah ditetapkan menjadi desa wisata, alokasi dana desa (ADD) yang diberikan Pemkab Bangli, bisa dimanfaatkan untuk beasiswa pendidikan, khususnya mereka yang melanjutkan sekolah di sekolah pariwisata. Selain itu, keseriusan pemeritah juga terlihat dari berbagai pelatihan bagi pelaku pariwisata atau SDM-nya juga mulai digenjot serta sektor-sektor pendukung pariwisata yang mulai disiapkan dengan matang.

Salah satu sektor pendukung pariwisata yang mulai digarap adalah sector pertaniannya, berbagai varietas tanaman baru mulai dikembangkan hingga memantapkan penggunaan teknologi secara tepat guna dilakukan untuk membangunkan para petani agar lebih melek teknologi.

Bahkan, pada April 2019, program sistem pertanian organik terpadu di-launching Bupati Bangli I Made Gianyar di Batur Agro Park Yeh Mampeh. Program ini merupakan pilot project atas kerja sama dengan Fakultas Pertanian Unud yang telah dikerjakan dari tahun 1998 menjadi model rancang bangun  ramah lingkungan yang mengaitkan antara sapi, biogas, cacing tanah, ikan, tanaman organik, lebah dan agrowisata yang terintegrasi antara satu komponen dengan komponen yang lain menjadi satu kesatuan sistem pertanian organik terpadu yang tertutup guna mengurangi polusi, kerusakan alam serta pencemaran terhadap lingkungan.

Selain itu, pemanfaatan lahan sempit melalui pertanian hidroponikpun mulai digarap di pengujung tahun 2019, pola hidroponik yang digadang-gadang tidak memerlukan lahan luas, namun bisa mempersingkat usia panen dan meningkatkan hasil produksi juga diharapkan bisa membawa masyarakat dikabupaten ini mandiri di bidang pangan.

Bupati Bangli, I Made Gianyar juga menyampaikan apresiasi kepada Perusda yang memediasi serta memperkenalkan pola pertanian ini kepada masyarakat setempat. Hal ini merupakan salah satu upaya memadukan antara teknologi dan pertanian terlebih dengan mengintegrasikan teknologi terbarukan PLTS dengan pertanian pola hidroponik.

Masyarakat Bangli harus sudah mulai berpikir bahwa sampai kapan pun Bangli ini akan bisa maju hanya dengan pertanian, sebab Bangli sudah dikaruniai sumber daya alam yang luar biasa bagus, danau yang indah, hutan yang luas yang secara berkelanjutan harus kita jaga dan kita kelola dengan baik untuk kesejahteraan masyarakat Bangli.

Dengan membangunkan berbagai potensi yang sebelumnya mati suri, diharapkan pembangunan di Bangli ini bisa berjalan dengan maksimal dan terintegritas. Selain itu, pemberdayaan masyarakat lokal juga akan makin maksimal, berbagai program cemerlang diharapkan tidak hanya menjadi pemanis tahun 2019 yang sebentar lagi akan dilalui, namun juga bisa menjadi tonggak bangkitnya pemberdayaan masyarakat secara luas. Dengan demikian tentu Kabupaten Bangli juga bisa sejajar dengan daerah lain yang PAD-nya cukup tinggi yang diawali dengan mensejahterakan masyarakat dan memanfaatkan potensi pendukungnya secara sinergis. *ita

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer