Denpasar (bisnisbali.com)-Untuk mencegah masuknya African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika masuk ke Bali, Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar mengawasi kedatangan wisatawan mancanegara di bandara dan juga pelabuhan kapal pesiar. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya makanan yang berbahan babi ke Bali.
Penyebaran ASF melalui daging babi yang dimakan oleh ternak, namun tidak menular pada manusia. Pencegahan di bandara dikatakan Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, Putu Tarunanegara, karena kemungkinan para wisatawan yang datang ke Bali bisa saja membawa makanan yang mengandung babi.
“Kita cegah penumpang yang traveling ke Bali membawa makanan mengandung babi. Kalau ini sampai lolos kemudian dibawa ke hotel atau vila, lalu sisa makanannya dibuang ke tempat sampah dan diambil peternak babi maka sangat berisiko dalam menularkan penyakit ASF,” tutur Tarunanegara.
Dikatakan, sesuai dengan peraturan, Karantina Denpasar mempunyai kewenangan untuk mengawasi pesawat dan kapal yang melakukan penerbangan atau pelayarannya ke Bali. “Rata – rata penerbangan internasional yang datang ke Bali 50 flight per hari. Bekerja sama dengan pihak Bea Cukai, kami memastikan agar katering yang digunakan oleh pesawat juga tidak ada yang berbahan babi, terutama yang berasal dari negara wabah seperti Timor Leste, Cina, Kamboja dan lainnya,” ungkapnya.
Selain di aktivitas penerbangan, risiko masuknya penyakit ASF dari kapal pesiar jauh lebih tinggi. Dari beberapa sampel yang dilakukan oleh timnya di lapangan, ditemukan produk babi hasil olahan sudah menjadi sampah dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir (TPA).
“Ini juga kita awasi dan lakukan koordinasi dengan pihak KSOP dan agen. Jadi kita pastikan, sampah yang turun dari kapal laut kita kawal sampai di TPA dan kita pastikan dibakar dan tidak sampai ke peternak babi,” tukasnya.
Sementara Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali, I Wayan Mardiana beberapa waktu lalu mengatakan, ASF adalah penyakit pada babi yang disebabkan oleh virus. Penularannya ASF adalah melalui daging babi yang terinfeksi virus ini. Sehingga, jika ada sisa daging yang mengandung virus ini kemudian dijadikan pakan ternak babi, otomatis akan menginfeksi babi yang memakannya.
“Kami bekerja sama dengan karantina dan otoritas bandara mencegah penyebaran virus ini, dengan mengeluarkan larangan baik di maskapai penerbangan yang datang dari negara terinfeksi untuk tidak melakukan swill feeding atau memberikan sisa makanan mengandung babi sebagai pakan ternak babi di Bali. Larangan ini juga berlaku bagi hotel-hotel yang memanfaatkan daging babi impor sebagai bahan bakunya, jika ada sisa makanan berbahan dasar babi harus segera dimusnahkan dan tidak diberikan ke peternak untuk dijadikan pakan ternak babi,” ujarnya. Selain itu juga melarang wisatawan yang berasal dari negara terinfeksi ASF membawa tentengan berupa daging babi dari negaranya.
Sekda Bali, Dewa Indra, menegaskan agar benar-benar dilakukan pengawasan ketat. Masyarakat Bali banyak yang memelihara babi, apalagi di sekitar TPA Suwung juga banyak peternak babi.*pur