Bangli (bisnisbali.com) – Untuk menjaga eksistensi sumber air di Bali, Bupati Bangli, I Made Gianyar mengajak masyarakat Bangli, khususnya masyarakat yang ada di kawasan Kintamani, untuk ikut menanam pohon bambu sebagai bagian dari gerakan bersama menjaga hutan dan sumber-sumber air di Bali.
Menurutnya selain sebagai tanaman penyangga jurang, bambu juga merupakan jenis tamanan yang sangat berguna untuk menarik dan menyimpan air tanah. Hal ini disampaikan, Bupati Made Gianyar saat melaksanakan kegiatan penanaman bambu, bekerja sama antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangli dengan Yayasan Kryasta Guna, di Jaba Pura Dalem, Desa Bunutin, Kintamani, Minggu (15/12). Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah pimpinan OPD terkait, Ketua Yayasan Kryasta Guna, Wayan Gunarta, dan masyarakat Desa Bunutin.
Lebih lanjut, Bupati Made Gianyar, menekankan, melalui kegiatan menanam bambu ini, ia ingin mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga kawasan Kintamani sebagai daerah penyangga air di Bali. Menurutnya, jika kawasan Kintamani sampai beralih fungsi dan hutan-hutan di sini mulai ditebangi, tidak bisa dibayangkan bagaimana ke depan Bali akan mengalami krisis air. “Memang saya sempat mengeluarkan ancaman, kalau sebagai daerah konservasi, Bangli tidak diperhatikan oleh Pemerintah Provinsi Bali dan kabupaten yang berkepentingan dengan sumber air dari Bangli, maka saya akan mengurug sungai dengan sampah. Itu kan hanya sebatas ancaman, agar Bangli bisa lebih diperhatikan. Dan faktanya sekarang saya dan masyarakat menanam bambu untuk melestarikan sumber air di Bali, mohon juga pengertian Bapak Gubernur Bali dan bupati yang daerahnya berkepentingan air dari Bangli,’’ pintanya.
Ia juga menambahkan, saat ini fenomena yang terjadi pada masyarakat Kintamani, khususnya di daerah aliran sungai (DAS), mereka banyak menebang pohon bambu dan diganti dengan tanaman jeruk. Ia berpendapat, hal itu wajar saja, karena masyarakat beranggapan dengan menanam jeruk, hasil yang mereka dapatkan secara ekonomi jauh lebih besar daripada menanam bambu. Sebagai Bupati Bangli, ia juga tidak bisa melarang masyarakat yang mau mengganti tanaman bambunya dengan jeruk. Ia berpendapat, mungkin solusi untuk masalah ini, Pemerintah Provinsi Bali dan kabupaten yang berkepentingan akan air dari Bangli bisa menyiapkan insentif bagi masyarakat yang mau menanam bambu pada lahan milik pribadinya atau desa yang bisa menjaga hutan desa. “Mungkin solusi yang bisa dicoba untuk mengatasi permasalahan ini (krisis hutan bambu), Bapak Gubernur Bali dan para bupati bisa meyiapkan insentif bagi petani yang mau menanam dan memelihara hutan bambu. Setiap menanam bambu, berikan mereka insentif. Paling tidak insentif yang diberikan sesuai dengan pendapatan mereka jika menanam jeruk. Jika penghasilannya sama, tentu mereka tidak akan mengganti bambu dengan jeruk,’’ terangnya.
Pada kesempatan itu, Bupati Made Gianyar, juga mengingatkan, masyarakat Bangli akan pentingnya menjaga hutan desa. Meskipun kenyataannya saat ini banyak hutan-hutan desa yang pohon-pohonya mulai ditebangi, namun Bupati Made Gianyar tetap menggugah kesadaran tokoh dan masyarakat agar mulai menanami hutan desa dengan bambu atau pepohonan lain. “Saya minta kesadaran dari para tokoh untuk menjaga hutan desa. Kalau masih ada laba Pura yang bisa dimanfaatkan untuk hutan, lebih baik distatuskan menjadi hutan desa atau hutan adat, sambil menunggu kebijakan pemberian insentif dari Bapak Gubernur Bali dan para bupati yang berkepentingan akan air dari Bangli.
Dengan begitu sumber air akan terjaga dan tidak tertutup kemungkinan akan muncul sumber-sumber air baru di Bangli,’’ pungkasnya.Sementara itu Plt. Kadis Pertanian Perkebunan dan Perhutanan (PKP) Kabupaten Bangli, I Wayan Sarma mengatakan, penamanan bambu hari ini, merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan Pemkab Bangli bekerja sama dengan Yayasan Kryasta Guna. Sedikitnya ada sekitar 18 ribu bambu yang sudah ditaman sejak tahun 2013. “Untuk hari ini ada tiga jenis bambu yang ditaman. Ada bambu petung, bambu tali dan bambu hias dengan jumlah mencapai 2.500 batang bambu,’’ terangnya.
Ia mengatakan, tujuan dari kegiatan ini selain untuk menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi bambu sebagai tanaman penyangga, juga untuk mengembalikan peran Bangli sebagai kabupaten penghasil hasil hutan bukan kayu (HHBK).* ita