Bangli (bisnisbali.com) -Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI yang diwakili tenaga ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata Prof. DR.I Gede Pitana membuka secara resmi Penglipuran Village Festival VII tahun 2019 yang ditandai dengan pemukulan kentongan.
Pembukaan Penglipuran Village Festival VII dihadiri Asisten I Setda Prov. Bali, Bupati Bangli I Made Gianyar, Wakil Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta, Ketua DPRD Bangli serta anggota Forkopimda Kabupaten Bangli, Senin (9/12) bertempat di Jaba Pura Penataran desa
Penglipuran.
Bendesa adat Penglipuran I Wayan Supat menyatakan, Penglipuran Village Festival kali ini bertujuan untuk melestarikan seni budaya dan meningkatkan kompetensi kepariwisataan. Kegiatan ini juga diharapkan bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, serta meningkatkan kreativitas pelaku pariwisata. Sejumlah kegiatan memeriahkan kegiatan ini di antaranya parade budaya, parade barong ngelawang, lomba mewarnai gambar tingkat TK/PAUD dan SD, lomba peragaan busana adat ke pura tingkat TK dan SD.
Beberapa lomba tari juga digelar seperti Margapati tingkat SD dan SMP, tari baris tunggal tingkat TK dan SD, serta tari condong legong keraton tingkat TK, SD dan SMP dan lomba tari jauk manis tingkat umum.Lomba lagu pop Bali juga digelar tingkat SD, SMP dan SMA/SMK, lomba mekendang tunggal, lomba ngelawar dan melilit sate tingkat STT.Kegiatan yang digelar pafa 9-30 Desember di balai banjar desa wisata Penglipuran ini juga menggelar lomba peragaan busana ke pura masyarakat Bali tempo dulu tingkat umum, lomba mesatua Bali tingkat SD dan pameran produk industri kecil, kerajinan dan kuliner.
Bupati Bangli I Made Gianyar mengatakan, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pariwisata dan stakeholder pariwisata yang telah bekerja sama dalam penyelenggaraan ajang ini. “Semoga segala bentuk kegiatan dan lomba yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan lancar serta dapat meningkatkan kunjungan wisatawan untuk berkunjung menyaksikan kegiatan festival,” harapnya.
Dengan dilaksanakan festival Pengelipuran ini diharapkan mampu meningkatkan perkembangan pariwisata Bangli di samping juga merupakan ajang mempromosikan destinasi wisata yang Kabupaten Bangli khususnya destinasi desa wisata Penglipuran.
“Untuk itu kami harapkan kepada stakeholder pariwisata Bali dalam hal ini dari Asita, HPI dan PHRI serta semua pihak yang bergerak di bidang pariwisata untuk ikut membantu memajukan pariwisata dengan mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya ke Kabupaten Bangli,” pintanya. Asisten I Pemerintahan dan Kesra setda Provinsi Bali mengatakan, sesuai tema festival tahun ini yakni green destinations yang mengambarkan kondisi alam Desa Penglipuran yang dikelilingi oleh hutan bambu, kekhasan arsitek dengan hawa yang sejuk. Keunggulan dari Desa Penglipuran yang merupakan kawasan pedesaan yang memiliki tatanan spesifik dari struktur desa tradisional sehingga menampilkan wajah pedesaan yang asri. Pihaknya berharap dengan festival kali ini makin efektif menjadi media promosi, serta media komunikasi antarseniman/budayawan dengan masyarakat pariwisata.
Untuk itu, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan ruang kepada para seniman dan budayawan serta masyarakat luas untuk menyuguhkan berbagai karya yang tak hanya beragam dari segi kuantitas, tetapi juga meningkat dalam kualitas sebagai atraksi pariwisata
sekaligus membangun pencitraan bagi Bali.
Tenaga ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata, I Gede Pitana mengatakan, kegiatan yang digelar konsisten merupakan wujud nyata komitmen masyarakat dan pemerintah daerah Bangli untuk melestarikan seni dan budaya serta menghidupkan pariwisata dan ujungnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Banyak penghargaan yang sudah diterima oleh Desa Penglipuran yang dikenal sebagai salah satu contoh desa wisata di Indonesia,” ujar Pitana. Tahun ini desa Penglipuran ditetapkan sebagai salah dua 100 pembangunan pariwisata berkelanjutan di dunia.
“Dalam pariwisata Indonesia kami sering jadikan sebagai salah satu model ketika kita berbicara mengenai pariwisata berkelanjutan, pariwisata kerakyatan ataupun pariwisata pedesaan atau desa wisata. Penglipuran adalah contoh empiris di mana pelestarian alam dan pelestarian kebudayaan bisa dilakukan secara efektif melalui pembangunan pariwisata. Dengan kata lain pemanfaatan melalui kegiatan pariwisata adalah wahana yang sangat efektif untuk melestarikan alam maupun kebudayaan, kenyataan yang kita temui di Penglipuran dan juga beberapa desa lain di Indonesia makin menegaskan aksioma atau dalil kita dalam pembangunan pariwisata bahwa makin mampu kita melestarikan kebudayaan makin mampu kita melestarikan alam maka makin mampulah kita untuk mensejahterakan masyarakat,” ucap Gede Pitana. *ita