Pada Oktober 2019, BPS Bali mencatat nilai neraca perdagangan Provinsi Bali surplus 34.505.112 dolar AS. Jika dibandingkan dengan September 2019 yang tercatat surplus 22.038.764 dolar AS. Oktober 2019, nilai neraca perdagangan Bali bahkan masih lebih tinggi. Komoditi apa saja yang mendorong hingga tercapainya surplus tersebut?
DI tengah bayang-bayang dampak dari perang dagang antara Amerika dan Tiongkok, serta faktor krisis keuangan yang terjadi di sejumlah negara internasional saat ini, masih memberi peluang bagi perdagangan sejumlah komoditi dari Bali untuk terserap ke pasar ekspor. Yang lebih menggembirakan, kondisi neraca perdagangan Bali mampu mencatatkan posisi surplus pada Oktober 2019.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Bali, I Gede Nyoman Subadri, S.E. mengungkapkan, Oktober 2019 nilai ekspor barang Provinsi Bali ke luar negeri yang dikirim lewat beberapa pelabuhan di Indonesia tercatat 59.068.047 dolar AS. Jumlah tersebut naik 30,59 persen dibandingkan nilai ekspor September 2019 yang tercatat hanya 45.231.781 dolar AS. “Jika dibandingkan dengan Oktober 2018, nilai ekspor Oktober 2019 juga tercatat naik setinggi 9,42 persen,” tuturnya.
Dari sepuluh negara utama pangsa ekspor Provinsi Bali ke luar negeri pada Oktober 2019, seluruhnya meningkat dibandingkan September 2019 dengan peningkatan tertinggi tercatat pada ekspor tujuan Australia hingga ratusan persen (149,70 persen) yang didominasi oleh naiknya ekspor produk perhiasan atau permata. Jika dibandingkan dengan Oktober 2018, delapan negara tujuan ekspor Provinsi Bali juga meningkat dengan peningkatan tertinggi tercatat pada tujuan Australia setinggi 126,92 persen yang juga didominasi oleh naiknya ekspor produk perhiasan atau permata.
“Hal ini sekaligus memposisikan jumlah ekspor Provinsi Bali ke luar negeri pada Oktober 2019 merupakan ekspor tertinggi dibandingkan dengan bulan yang sama tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.
Di sisi lain, jelas Subadri, periode yang sama untuk impor Provinsi Bali tercatat 24.562.935 dolar AS, naik 5,91 persen jika dibandingkan September 2019 yang tercatat 23.193.017 dolar AS. Jika dibandingkan dengan Oktober 2018, nilai impor juga meningkat setinggi 13,97 persen.
Sambungnya, dari sepuluh negara asal utama impor pada Oktober 2019, delapan negara asal impor tercatat meningkat jika dibandingkan dengan September 2019, dengan peningkatan tertinggi tercatat pada impor asal negara Belanda hingga ratusan persen. Dominan disebabkan oleh naiknya impor produk mesin dan peralatan listrik. Jika dibandingkan impor di Oktober 2018, tujuh negara utama asal impor meningkat dengan peningkatan tertinggi hingga ratusan persen tercatat pada impor asal Belanda, Tiongkok, dan Singapura.
Paparnya, Oktober 2019 produk ikan dan udang dengan capaian nilai 13.502.963 dolar AS masih menjadi komoditas utama diekspor Provinsi Bali ke luar negeri. Jika dibandingkan dengan September 2019 dan Oktober tahun yang sama, tujuh komoditas meningkat. Peningkatan tertinggi tercatat pada ekspor produk perhiasan atau permata hingga 60,63 persen.
Lanjutnya, pada perdagangan impor produk mesin dan peralatan listrik menjadi komoditas terbesar Provinsi Bali dengan capaian 5.562.150 dolar AS. Dari sepuluh komoditas utama impor, tujuh di antaranya meningkat dibandingkan September 2019. Peningkatan tertinggi tercatat pada impor produk bulu unggas (berupa bunga, daun dan buah artifisial) hingga ratusan persen yang dominan naik berasal dari Tiongkok.
Bercermin dari perdagangan ekspor dan impor pada Oktober 2019, nilai neraca perdagangan Provinsi Bali mampu meraih surplus hingga 34.505.112 dolar AS. Jika dibandingkan dengan September 2019 yang tercatat surplus 22.038.764 dolar AS, nilai neraca perdagangan Provinsi Bali Oktober 2019 masih lebih tinggi. Begitu pula jika dibandingkan kondisi Oktober 2018 yang tercatat surplus 32.431.633 dolar AS, kondisi di Oktober 2019 juga masih lebih tinggi. *man/editor rahadi