Harga Bersaing, Suvenir Pernikahan tetap Dicari

Suvenir dan kartu undangan pernikahan menjadi salah satu kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan dari acara pernikahan.

533
SUVENIR – Berbagai jenis suvenir pernikahan yang diminati di pasaran.

Denpasar (bisnisbali.com) –Suvenir dan kartu undangan pernikahan menjadi salah satu kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan dari acara pernikahan. Meski terkesan sepele, namun kedua produk tersebut tetap dicari dan sering membutuhkan anggaran cukup besar dalam sebuah pernikahan.

Dari pengalaman pribadi saat akan melangsungkan upacara pernikahan, AA Putu Agung Mirah Purnama Sari, S.E., M.Si., membuat sendiri suvenir pernikahan dengan budget yang sangat minim.

“Awalnya saya buat suvenir untuk pernikahan saya, karena budget yang kami miliki sangat minim. Tapi karena rencana pernikahan mundur, daripada suvenir itu menganggur dan rusak maka coba saya tawarkan melalui media sosial,” kata wanita yang akrab disapa Mirah, belum lama ini.

Promosi melalui media sosial tersebut, ternyata mendapat respons pasar sangat bagus. “Karena responsnya bagus, akhirnya saya berpikir untuk melanjutkan  bisnis ini. Saya kembangkan dari awalnya hanya produk suvenir ditambah dengan kartu undangan dan juga penyewaan kotak uang,” kata pemilik Surya Bali Suvenir tersebut.

Dengan target market kalangan menengah ke bawah, Mirah mengaku menawarkan produk dengan harga terjangkau tapi tetap dengan kualitas yang bagus dan kemasan yang cantik. Dengan demikian, konsumen akan merasa puas dengan produk yang ditawarkan. “Karena kami selalu memberikan produk dengan kualitas yang terjaga dan kemasan yang bagus, maka konsumen menjadi puas. Produk kami bahkan sudah sampai dipasarkan ke luar Bali, karena promosi melalui media sosial,” katanya.

Meski diakui persaingan sangat ketat saat ini, namun ia tidak kehabisan akal dan terus melakukan inovasi. “Saya berusaha terus berinovasi, dari produk buatan sendiri yang saya pelajari dari tutorial di media sosial saya juga mulai mencari suplayer, sehingga produk yang kami tawarkan lebih beragam,” kata wanita kelahiran Denpasar, 7 Februari 1993 itu.

Mengingat suvenir tergolong bisnis musiman, Mirah juga berupaya mencari terobosan baru dan mengikuti perkembangan saat ini. “Sekarang karena ada larangan penggunaan kantong plastik, saya berupaya memanfaatkan momen ini dengan memproduksi tas seminar dari bahan non-plastik. Tas ini juga bisa dijadikan sebagai suvenir,” katanya.

Ke depannya, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa tersebut berharap dapat terus mengembangkan bisnis  suvenirnya dan mampu bersaing di pasaran. *pur