Bangli (bisnisbali.com) – Untuk memperkenalkan dan meningkatkan geowisata dan geoproduk yang ada di kawasan Batur Unesco Global Geopark, Pemerintah Kabupaten Bangli bekerja sama degan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Kamis (28/11) menggelar Kintamani Coffee Festival (KCF) di Anjungan Panorama Penelokan, Kintamani Bangli. Acara ini dibuka oleh Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata, Prof. I Gede Pitana, dintandai dengan seruput kopi bersama.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli Wayan Adnyana mengatakan, selain untuk memperkenalkan dan meningkatkan geowisata dan geoproduk yang ada di kawasan Batur Unesco Global Geopark, tujuan dari penyelenggaraan Kintamani Coffee Festival adalah untuk memperkenalkan bahwa Batur Unesco Global Geopark bukan sekadar bentang alam saja, bukan hanya danau atau gunung saja, tetapi Batur Unesco Global Geopark memiliki kawasan yang sangat luas, di sana ada agro wisata, kebun kopi dan jeruk.
Selain itu, tujuan dari Kintamani Coffee Festival adalah untuk menjawab salah satu rekomendasi dari Unesco saat melaksanakan revalidasi tahun 2016, bahwa geoproduk dalam Batur Unesco Global Geopark masih kurang.
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, pada l28 – 29 November 2019. Menurutnya, festival ini, akan diisi dengan berbagai kegiatan, di antaranya workshop tentang kopi, gotrip ke kawasan kebun kopi Catur, Ulian dan Petung, serta parade pembuatan trubu kopi.
Kegiatan ini akan melibatkan ratusan peserta dari subak se-Kecamatan Kintamani dan sekolah pariwisata. “Kita berharap, kegiatan ini bisa masuk top 100 event pariwisata Kementerian pariwisata, sehingga bisa berlangsung tiap tahun, serta bisa menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Bangli,“ harapnya.
Sementara itu, Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata, Gede Pitana pada kesempatan itu mengatakan, kopi merupakan tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun dan sudah menjadi bagian dari budaya orang bali dan menjadi pergaulan Internasional. Ia juga mengatakan, sejak beberapa puluh tahun terakhir, kopi kembali mendapatkan tempatnya, bukan saja sebagai kebutuhan, tetapi sudah menjadi gaya hidup orang modern.
Menyadari fungsi dan posisi kopi seperti itu, jelas dia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, setiap mendikuti pameran di luar negeri, selalu menyiapkan satu sudut untuk menyajikan kopi (Coffee Corner) untuk memperkenalkan kopi Indonesia. “Dalam tiap kesempatan mengikuti pameran di luar negeri, kita selalu menyiapkan coffee corner untuk memperkenalkan kopi Indonesia. Dan hasilnya, coffee corner selalu diserbu pengunjung, bahkan antreannya sampai mengular,“ jelasnya.
Ia juga juga menjelaskan, ketika berbicara kopi, maka Indonesia merupakan negera penghasil kopi terbesar kedua di dunia. Dan ketika berbicara kopi Indonesia, maka tempat sekarang kita menyelenggarakan festival coffee, merupakan salah satu setra kopi yang sangat terkenal dengan kualitas kopinya yang sangat luar biasa.
“Dalam catatan saya, kopi Kintamani pertama kali di ekspor ke Amerika tahun 1825. Dari berbagai litelatur, kopi Kintamani memiliki tekstur, rasa dan aroma yang sangat khas dan tidak ditemukan ditempat lain. Jadi kopi Kintamani sangat luar biasa,“ terangnya.
Menurutnya, festival seperti ini merupakan salah satu wahana untuk mempromosikan produk dan destinasi dimana produk itu berada. Ia meyakini ketika festival dilaksanakan secara terus menerus akan mampu meningkatkan citra dan brand dari sebuah destinasi. “Jadi saya berharap, Kintamani Koffee Festival bisa berlangsung tiap tahun, sebagai aktivasi dari Batur Unesco Global Geopark,“ katanya.
Pada kesempatan itu Ia juga mengingatkan, pada setiap penyelenggaraan festival, harus bisa menggerakan aktivitas ekonomi. Kreativitas dalam festival harus mampu menghasilkan nilai tambah bagi ekonomi dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. *ita