Denpasar (bisnisbali.com) –Dengan jumlah penduduk yang padat, tentu tidak banyak lahan yang dapat dijadikan areal pertanian di Denpasar. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu menggunakan teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitas pertaian. Seperti budi daya lele dengan metode bioflok yang dilakukan di Tukad Bindu, Denpasar.
Budi daya lele dengan metode bioflok dilakukan setelah Usaha Tani Yayasan Tukad Bindu mendapat bantuan pembangunan area budi daya lele dengan sistem bioflok. Bantuan yang diserahkan Perwakilan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Khairul Anwar ini diterima Ketua Kelompok Usaha Tani Yayasan Tukad Bindu IB Putra Suryanta di kawasan Tukad Bindu, Kamis (28/11) kemarin.
Khairul Anwar menjelaskan, dengan program ini diharapkan ada peningkatan produksi produk perikanan terutama ikan lele di Kota Denpasar. “Program ini juga diharapkan dapat dijadikan wahana edukasi dan juga sebagai wadah meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar,” imbuhnya.
Disinggung soal sistem bioflok ini, Khairul Anwar mengatakan, sistem pembibitan ini mengolah kandungan probiotik berupa gumpalan bakteri baik yang berasal dari organisme hidup. Sistem ini juga terintegrasi dengan sistem penanamanan tanaman yumina (sayur mina) berjumlah seratus pot yang untuk saat ini ditanami jenis cabai keriting.
Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Denpasar, AA Bayu Brahmasta saat ditemui mengatakan, pembibitan ikan lele di areal Tukad Bindu ini merupakan yang pertama kali dilakukan. Area ini telah dibangun sejak Oktober lalu. Benih ikan lele dilepas secara simbolis di delapan kolam budi daya berdiameter 3 meter. Jenis lele yang dipilih adalah ikan lele jenis Sangkuriang karena pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap penyakit ikan.
“Kolam pembibitan ikan juga dilengkapi dengan pembibitan sayuran dengan sistem yumina (sayuran dan mina/ikan) yang ditanam jenis tanaman cabai keriting yang nutrisi dan penyiramannya memanfaatkan limbah kolam lele tadi,” terang Bayu Brahmasta. *wid