Triwulan III 2019 BPS Bali mencatat produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) dan produksi industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) Provinsi Bali mengalami pertumbuhan yang tak searah atau berbanding terbalik. Mengapa itu bisa terjadi?
BELUM pulihnya daya beli konsumen dan juga masih kaitannya tahun politik, sejumlah faktor tersebut tampaknya berdampak pada pertumbuhan sejumlah sektor usaha saat ini. Itu terbukti dari pencatatan BPS Bali terkait pertumbuhan produksi IBS di Pulau Dewata yang mengalami penurunan hingga -2,77 persen pada triwulan III/2019. Sementara itu, periode yang sama produksi IMK Pulau Dewata justru tumbuh 3,15 persen dibandingkan dengan triwulan II/ 2019.
Kepala BPS Bali, Adi Nugroho mengungkapkan, untuk penurunan produksi IBS ini sekaligus memposisikan di bawah pertumbuhan nasional yang mencapai 5,13 persen pada periode yang sama. Lebih lanjut terangnya, pada triwulan III/2019 produksi IBS di Bali yang tercatat mengalami pertumbuhan positif di antaranya, industri pakaian jadi mengalami pertumbuhan 29,16 persen, industri minuman mengalami pertumbuhan 8,06 persen, dan industri pengolahan lainnya mengalami pertumbuhan 5,96 persen.
Periode yang sama produksi IBS yang tercatat mengalami pertumbuhan negatif, yakni industri tekstil mengalami pertumbuhan -22,14 persen, industri makanan mengalami pertumbuhan -10,26 persen, dan industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya mengalami pertumbuhan – 4,95 persen.
Secara tahunan jelas Adi, produksi IBS Bali tercatat juga turun -1,26 persen dan angka tersebut berada di bawah pertumbuhan nasional yang mencapai 4,35 persen pada periode yang sama. Triwulan III/2019 pertumbuhan produksi IBS yang tercatat mengalami pertumbuhan positif, yakni industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya yang tumbuh 6,71 persen, dan industri pengolahan lainnya tumbuh 3,20 persen.
“Sedangkan industri yang mengalami pertumbuhan negatif industri tekstil -32,22 persen, industri pakaian jadi -4,34 persen, industri makanan -3,17 persen, dan industri minuman tumbuh -1,61 persen,” tuturnya.
Sambungnya, berbeda dengan IBS, triwulan III/2019 pertumbuhan produksi IMK Bali justru tumbuh positif, bahkan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan produksi IMK nasional yang hanya tercatat 0,29 persen pada periode yang sama. Pertumbuhan produksi IMK di Bali yang mengalami pertumbuhan positif disumbang di antaranya, industri barang galian bukan logam yang tumbuh 9,27 persen, industri furnitur tumbuh 6,28 persen, industri pengolahan lainnya tumbuh 5,21 persen.
Selain itu paparnya, pertumbuhan IBS ini juga disumbang oleh industri kertas dan barang dari kertas tumbuh 4,77 persen, industri pakaian jadi tumbuh 3,45 persen, industri minuman tumbuh 2,96 persen, industri percetakan dan reproduksi media rekaman tumbuh 2,95 persen, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia tumbuh 2,04 persen, industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya tumbuh 1,88 persen, industri makanan tumbuh 1,25 persen, industri tekstil 1,08 persen, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional tumbuh 1,03 persen.
“Tercatat mengalami penurunan pertumbuhan, hanya terjadi di antaranya pada industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya -5,82 persen, dan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki -0,50 persen,” ujarnya.
Secara tahunan, pada triwulan III/2019 produksi IMK di Bali juga tercatat mengalami pertumbuhan positif hingga 10,25 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan produksi IMK Nasional yang tercatat hanya 6,19 persen pada periode yang sama. Secara periode tahunan, produksi IMK Bali yang tumbuh positif di antaranya industri kertas dan barang dari kertas tumbuh 31,05 persen, industri furniture tumbuh 29,03 persen, dan industri pakaian jadi tumbuh 19,01 persen.
Sambungnya, didongkrak juga dengan industri makanan tumbuh 18,10 persen, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki tumbuh 17,09 persen, industri barang galian bukan logam tumbuh 14,75 persen, industri minuman tumbuh 14,58 persen, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia tumbuh 10,08 persen, industri tekstil tumbuh 7,76 persen, industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya tumbuh 4,81 persen, industri percetakan dan reproduksi media rekaman tumbuh 3,88 persen, industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya tumbuh 2,07 persen.
“Periode yang sama industri IMK yang tumbuh negatif hanya industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional tumbuh -12,35 persen dan industri pengolahan lainnya tumbuh -2,96 persen,” tandasnya. *man