Denpasar (bisnisbali.com) – Wacana mengubah pariwisata Bali menjadi ramah wisatawan Muslim, ditangapi serius pejabat pelaksana tugas (PLT) Dinas Periwisata Bali, Putu Astawa. Ia menegaskan agar Menteri Pariwisata jangan ubah branding pariwisata Bali.
Ditemui di Renon Denpasar, Putu Astawa menegaskan yang menyebabkan pariwisata Bali menjadi terkenal dan menjadi daya tarik wisatawan adalah faktor budaya disamping keindahan alam. “Budaya kita itu kan mayoritas agama hindu, dan di Indonesia dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika serta keanekaragaman budaya harus tetap dihormati dan dijaga,” tandasnya.
Meski demikian selama ini masyarakat Bali sangat ramah pada semua wisatawan, meski dari berbagai agama dan golongan baik itu muslim, kristen budha. ” Kita di Bali tidak pernah membedakan agama dan selalu ramah pada siapa pun. Sekarang kita berpegang dulu terhadap daya tarik budaya tadi,” tukasnya.
Dalam budaya hindu di Bali, memang selalu bersentuhan dengan daging babi. “Masak itu dilarang, ini kembali kepada budaya tadi. Terus orang pakai kebaya, masak dilarang karena tidak sejalan dengan budaya muslim? Kita tetap harus jaga jati diri pariwisata Bali yang berakar pada budaya Bali,” tandasnya.
Ditegaskannya, pariwisata Bali jangan dibranding dengan hal-hal yang lain. ” Kalau isu keramahan terhadap wisatawan muslim, kita di Bali kan sudah ada musola, masjid, di hotel – hotel sudah ada kiblat dan makanan- makanan halal banyak dan mudah didapatkan.
Sebetulnya kita sudah sejak dulu ramah untuk siapapun termasuk dengan muslim sekalipun,” ucap Astawa. Bukan nanti budaya Bali dikikis, babi ditiadakan akibat harus berubah. Bukan itu tetapi ramah dalam memberikan pelayanan.
“Sebenarnya kami dikalangan industri ada keinginan untuk bisa bertemu dengan pak menteri. Masih perlu diintenskan lagi kapan itu waktunya, sekaligus kita memberi pemaparan tentang pariwista Bali. Pariwisata Bali dengan budaya Bali jangan diubah -ubah lagi,” katanya.
Gubernur Bali, Wayan Koster mengatakan Bali tetap pariwisata budaya dengan kearifan lokalnya. Pariwisata budaya ini sudah berlangsung lama dan sudah diterima oleh seluruh wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia dan bahkan berbagai negara.
“Pariwisata Bali janganlah di ganggu karena sudah berjalan dengan baik. Dikelola dengan baik oleh masyarakat Bali. Jangan diberi embel-embel lain lagi,” tukasnya. Wisatawan asalnya dari mana, agamanya apa, semuanya diposisikan sama sebagai wisatawan. Semua terlayani dengan baik dan tidak ada permasalahan sama sekali.*pur