Denpasar (bisnisbali.com) –Denpasar dan Badung menjadi kabupaten-kota yang padat penduduknya, utamanya kota Denpasar. Sebagai ibu kota Provinsi Denpasar tak bisa menolak datangnya penduduk urban yang ingin mencoba peruntungan dan menetap. Hal ini akan berdampak pada padatnya pembangunan dan hunian di ibu kota provinsi ini.
Kondisi ini mendapatkan sorotan serius dari para pelaku bisnis properti baik itu pengembang serta organisasi yang ada di Denpasar. Pilihan hunian vertikal pun menjadi solusi untuk mencegah padatnya pembangunan.
“Kita sulit mencegah alih fungsi lahan saat ini, meski lahan yang digunakan adalah lahan tegalan atau sawah basah atau kering yang pastinya kurang bagus untuk dibangun. Tapi oleh masyarakat kita akan tetap dibangun, karena mereka butuh hunian,” ungkap wakil Kadin Bali bidang perumahan I Gst. Made Ariawan.
Apalagi untuk membeli lahan di kota Denpasar ini pastinya sangat mahal sehingga sangat tidak memungkinkan lagi. Namun untuk merealisasikan bangunan hunian vertikal ini tentu harus menyesuaikan dengan aturan yang ada. Di Bali diberlakukan aturan ketinggian bangunan yang menurutnya sudah harus ditinjau kembali, karena faktor kepentingan yang sudah mulai urgen.
Kalau pembangunan vertikal tetap tidak disetujui artinya kita pun harus siap dengan alih fungsi yang makin memprihatinkan.
Pembanguan arah vertikal juga mendapatkan tanggapan positif dari ketua REI Bali Pande Agus Permana Widura, “Pembangunan model vertikal ini tentunya bisa menjadi solusi untuk mencegah alih fungsi lahan, asalkan aturan mendukung, fasilitas umum dan fasilitas sosial ada, sehingga masyarakat yang memerlukan hunian puas dan nyaman, apalagi kaum milenial saat ini sangat kritis dalam memilih hunian,” nilainya.
Ditambahkannya, generasi milenial akan berfikir lebih simple dan praktis sehingga hunian model ini akan tepat untuk digunakan. Tinggal bagaimana pemerintah melalui regulasinya sehingga hunian ini bisa terealisasi dan berfungsi dengan baik dan sesuai dengan keperluan.
Saat ini di Denpasar memang sudah ada hunian semacam ini hanya peruntukannya masih abu-abu. Selain itu fasilitas pendukung masih sangat minim. Sementara kebutuhan masyarakat akan hunian di tengah kota makin bertambah.
Untuk membuat baru tentu akan makan biaya yang banyak selain itu masyarakat saat ini lebih memilih membangun atau mencari hunian untuk kebutuhannya dan bukan untuk investasi. *ita