Denpasar (bisnisbali.com) –Sejumlah negara kini makin gencar mengembangkan dan mempromosikan pariwisatanya seperti Thailand, Vietnam, Korea dan lainnya. Di tengah persaingan tersebut, tampaknya Bali masih memiliki nilai jual, namun banyak hal yang harus dilakukan untuk mempertahankan dan atau meningkatkan daya tarik pariwisata Bali.
Akademisi dari Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, I Gusti Agung Oka Mahagangga mengatakan, pengembangan pariwisata di Bali terus dilakukan untuk mencapai target kunjungan wisatawan ke Indonesia 20 juta orang per tahun yang ditargetkan pemerintah. Namun, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah pariwisata Bali lahir karena keunikan kebudayaan yang dimiliki. Hasil penelitian menunjukkan, harapan wisatawan yang mencintai Bali adalah Bali jangan pernah berubah baik budaya maupun alamnya. “Keramah-tamahan juga harus selalu dijaga dan didukung oleh seluruh komponen termasuk yang bukan orang Bali tetapi menetap dan bekerja di Bali. Bali adalah milik orang Bali, milik Indonesia dan milik dunia,” ungkapnya, Rabu (6/11) di Fakultas Pariwisata Unud Denpasar.
Lebih lanjut dikatakan, saat ini pemerintah tengah mengembangkan pariwisata kapal pesiar yang bisa mendatangkan 2-4 ribu wisatawan dalam sekali bersandar. “Pariwisata kapal pesiar tampaknya memiliki tipikal khusus wisatawannya, mulai dari karakter, minat, dan motivasinya termasuk holiday period dan lama tinggal wisatawan yang dapat berbeda dengan wisatawan pada umumnya. Untuk itu kesiapan infrastruktur dermaga, keselamatan wisatawan dan daya tarik wisata yang diminati perlu mendapat perhatian pemerintah dan stakeholders pariwisata,” katanya.
Untuk itu maka segenap stakeholders pariwisata (pemerintah, praktisi pariwisata, masyarakat lokal dan yang lainnya) sepatutnya mengambil peran masing – masingmem. “Perlu diperhitungkan produk pariwisata yang diminati oleh tipikal wisatawan pesiar ini. Tapi harus diupayakan tetap mengacu ke pariwisata budaya sebagai daya tarik pariwisata Bali, karena budaya Bali sangat unik dan tidak dimiliki oleh daerah dan negara lain,” katanya.
Dalam upaya menyajikan destinasi yang menarik bagi wisatawan pesiar itu, perlu terjalin kerja sama yang baik antara tour operator dan penyedia layanan baik itu pemda, transportasi, pengelola daya tarik wisata yang dituju dan masyarakat lokal yang dikunjungi dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya untuk menyamakan pemahaman dalam memberikan service dan berlandaskan kepada pariwisata yang berkelanjutan.
“Ujung tombak utama pariwisata kapal pesiar ini adalah pelabuhan laut yang aman-nyaman, sesuai dengan standar dan sudah mencirikan Bali sebagai destinasi wisata dengan pariwisata budaya dan cultural landscape-nya. Sepatutnya, sudah diketahui minat dan tujuan wisatawan ini ke daya tarik wisata (DTW) mana dan sedapat mungkin diupayakan atau diperhitungkan sesuai dengan tipikal wisatawan kapal pesiar, yang umumnya ingin menyaksikan keindahan alam, budaya yang unik dan belanja sesuai dengan ciri khas kelokalan,” tukasnya.
DTW yang dituju harus mampu menyediakannya sebagai representasi Bali yaitu Pulau Dewata, Pulau Seribu Pura, Pulau Sorga dan yang lainnya. “Ini kesempatan emas bagi daerah-daerah di Bali yang belum maju pariwisatanya. Seperti Bali Utara dan Bali Barat yang sudah dapat diperhitungkan untuk pengembangannya. Dalam arti, DTW yang sudah ada dan mapan tetap menjadi yang utama, sambil mempersiapkan DTW-DTW lain untuk pemerataan pariwisata di Bali,” katanya. *pur