Mangupura (bisnisbali.com)- Bali dikunjungi oleh 16 juta wisatawan setiap tahun dan menyumbang USD 7,6 miliar (100 triliun rupiah) pada tahun 2018 yaitu sekitar 40 persen dari pendapatan negara dari sektor pariwisata. Sayangnya, pada tahun 2019, telah terjadi penurunan jumlah pengunjung yang signifikan yang menyebabkan penurunan belanja pariwisata di Bali sekitar 8 persen. Sampah dapat menjadi penghambat daya tarik pariwisata di Bali dan sangat mempengaruhi citra Pulau Dewata.
Bali menghasilkan sekitar 1,6 juta ton sampah per tahun dan 20 persen adalah sampah plastik. Pemerintah Bali telah berkomitmen untuk mengurangi 70 persen sampah pada tahun 2025 dan mengeluarkan peraturan pendukung dan pengembangan strategi pengelolaan sampah yang terintegrasi. Langkah itu didukung penuh oleh aktivis lingkungan setempat. Namun, semua harus dimulai dari pemahaman yang lebih baik tentang pengelolaan sampah yang bertanggung jawab dan perubahan perilaku masyarakat.
Sektor usaha pariwisata seperti Bir Bintang, bekerja sama dengan aktivis lingkungan Gary Benchegib, pendiri Make A Change World meluncurkan kampanye untuk memperkenalkan budaya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab untuk melindungi Bali. Kampanye ini juga akan mencakup pemasangan 100 trash booms di sekitar Bali, solusi teknologi terjangkau untuk jebakan sampah yang dikembangkan oleh perusahaan startup lingkungan asal Jerman, Plastic Fisher. Trash booms secara efektif dapat menghentikan sampah masuk ke sungai, saluran air, dan pantai Bali.
“Dalam 10 tahun terakhir, kami telah meluncurkan ekspedisi di beberapa sungai paling tercemar di dunia dan telah melihat sendiri perlunya tindakan sesegera mungkin. Jadi, untuk merayakan sepuluh tahun berdiri, kami sangat senang untuk berkontribusi ke tempat awal semuanya dimulai yaitu Bali,” kata Gary Benchegib.
Sebagai permulaan, akan ada tiga trash booms yang antara lain di pasang di Sungai Yeh Poh yang bermuara di Pantai Batubelig Kerobokan. Trash booms ini akan dipasang beberapa minggu mendatang dan selanjutnya akan diikuti oleh kampanye edukasi interaktif soal tata kelola sampah untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya untuk tidak membuang sampah di sungai.
“Kami menciptakan trash booms yang efektif dan terbuat dari bahan-bahan lokal untuk memberikan solusi pengumpulan sampah di sungai yang sederhana dan efisien sesegera mungkin, alat ini mudah dirakit dan dirawat, sebelumnya, kami telah berhasil mengimplementasikan ini di Sungai Citarum,” kata Moritz Schulz, Leading Engineer Plastic Fischer.
Marketing Director PT Multi Bintang Indonesia Niaga, di Bali, Mariska van Drooge, Sabtu (2/11) mengatakan Bir Bintang sebagai bagian pelaku pariwisata komitmen kami untuk mendukung pariwisata Indonesia. “Kami percaya cara terbaik untuk mencegah sampah ke pantai dan laut dimulai dari budaya perilaku kelola sampah yang bertanggung jawab dan mencegah sampah ke sungai,” katanya.
Deputi IV Kemenko Kemaritiman, Syafri Burhanuddin mengatakan Indonesia dimasukan sebagai salah satu penghasil sampah di dunia. Sekitar 700 ribu ton sampah yang masukan ke laut setiap tahun.
Dari 700.000 ton sampah yang dibuat ke laut sekitar 80 persen bersumber dari darat. Sekitar 20 persen sampah di laut bersumber dari kapal laut.
Untuk mengurangi sampah bersumber dari darat agar tidak dibuang ke laut dibutuhkan metode yang tepat. Metode yang paling mudah secara teknis mengambil sampah tersebut di darat sebelum terbuang ke laut.
Sekretaris Kecamatan Kuta Utara, Putu Eka Parmana mengatakan program penjaringan sampah yang dilakukan Make A Change World diharapkan bisa maksimal menangani sampah di sungai sehingga tidak terbuang ke laut. Ini juga perlu dikoordinasikan dengan DLHK dan Balai Pengairan Wilayah Bali.
Pemasangan alat penahan sampah di sungai juga perlu diperkuat tenaga pengangkut sampah. Sektor swasta termasuk kalangan pariwisata bisa ikut membantu pemerintah menyiapkan tenaga untuk membantu penanganan sampah di sungai. *Kup