Tabanan (bisnisbali.com) – Subak Jaka, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan mendapat kunjungan dari rombongan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Kamis (31/10). Kunjungan tersebut serangkaian studi orientasi tata guna air di Kabupaten Tabanan.
Rombongan yang dipimpin Kadis PU Brebes, Agus Asari diterima Perbekel Desa Kukuh I Made Sugianto dan Pekaseh Subak Jaka Jro Mangku Wayan Yusa. Selama di Subak Jaka, rombongan juga meninjau persawahan dan lokasi pembuatan saluran irigasi P3-TGAI.
Perbekel Made Sugianto menerangkan, di Desa Kukuh ada empat subak. Yakni, Subak Jaka, Subak Saih, Subak Dukuh dan Subak Delod Kukuh. Luas lahan pertanian di Desa Kukuh mencapai 200 hektare lebih, sedangkan luas desa 350,12 hektar. Imbuhnya, 2018 Subak Jaka mendapat bantuan perbaikan saluran irigasi dari Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
“Presiden Joko Widodo bersama Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, bahkan sempat meninjau langsung pengerjaan saluran irigasi dengan sistem padat karya tunai (PKT) pada Februari 2018,” tuturnya.
Lanjut jelas Sugianto, 2019 Desa Kukuh kembali mendapatkan perbaikan saluran irigasi melalui P3-TGAI. Lokasinya juga di Subak Jaka. Akuinya, itu pula yang kemudian memberi andil pada peningkatan produksi pertanian selama ini.
“Khusus di Subak Jaka ada dua pola tanam padi. Yakni, secara konvensional dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Paparnya, pertanian ramah lingkungan yakni para petani berkomitmen tanpa menggunakan pupuk kimia. Para petani menggunakan pupuk padat buatan sendiri dan pupuk cair dengan memanfaatkan urine sapi. Hasilnya, gabah hasil pertanian ramah lingkungan dibeli oleh Perpadi dengan harga Rp 6.000 per kg, sedangkan gabah pertanian konvensional hanya Rp 3.800 per kg kualitas kering panen.
Sementara itu, Pekaseh Subak Jaka, Jro Mangku Wayan Yusa menambahkan, petani Subak Jaka menerapkan pola tanam padi-padi-padi. Pihaknya, tidak tanam palawija karena kepemilikan lahan tidak terlalu luas. Selain itu, palawija saat panen harganya seringkali cukup murah, sehingga pentani cenderung monoton tanam padi karena kebutuhan air juga mencukupi.
“Di saat musim kering seperti saat ini, subak mengatur sistem gilir air, sehingga semua petak sawah petani teraliri air,” tandasnya. Sementara Kepala Dinas PU Brebes, Agus Asari menyampaikan terima kasih atas sambutan dan kesempatan studi orientasi di Subak Jaka. Katanya, antara Brebes dan Bali ada kesamaan, namun hanya beda nama. Jika di Bali dikenal subak, di Brebes kelompok tani disebut P3-TGAI. Proses kerjanya juga sama, hanya sistem adat jadi berbeda.*man