Mangupura (bisnisbali.com) –Digitalisasi layanan kesehatan terutama di rumah sakit yang merawat pasien gawat darurat dan paska-operasi, merupakan kebutuhan yang mendesak sejalan dengan upaya rumah sakit dalam memenuhi peningkatan permintaan layanan kesehatan tanpa mengorbankan kualitas perawatan dan keselamatan pasien. Di Indonesia pun demikian. Perawatan akut paling banyak diasosiasikan dengan jumlah kesalahan medis tertinggi.
Presiden Direktur Philips Indonesia, Pim Preesman mengatakan hampir semua pasien ICU berpotensi terancam keselamatan jiwanya selama masa perawatan mencapai 78 persen akibat kesalahan medis yang serius. Pengambilan keputusan dan diagnosis juga lebih sulit dalam perawatan kritis karena kerentanan pasien yang dapat memiliki komorbiditas dan kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
“Kami senang menandai perkembangan signifikan dalam digitalisasi pengobatan pasien di Indonesia bersama RS Kasih Ibu di Bali. Dengan solusi IntelliSpace Critical Care and Anesthesia (ICCA) dan IntelliVue Guardian Software (IGS), kami memadukan sistem pemantauan pasien dengan teknologi terhubung untuk memberi konsistensi dalam perawatan pasien, transisi pasien yang mulus dan hasil yang lebih baik. Kami berkomitmen untuk membantu rumah sakit di seluruh Indonesia menerapkan teknologi connected care sebagai upaya membantu pasien dan tenaga medis,” ujar Pim Preesman pada acara diskusi Menuju Digitalisasi Pelayanan Kesehatan di Jimbaran, Rabu (30/10).
Digitalisasi teknologi kesehatan telah menjadi tren baik di luar atau pun dalam negeri. Keberadaan teknologi ini dapat memberikan banyak manfaat, baik bagi pasien mau pun tim media yang berkerja di rumah sakit. RS Kasih Ibu bercita-cita untuk menjadi rumah sakit pintar (smart hospital), kini menjadi paling depan dalam pemanfaatan inovasi teknologi kesehatan, terutama dalam digitalisasi perawatan pasien untuk memenuhi harapan, baik pasien domestik maupun asing.
“Kami percaya bahwa investasi pada solusi kesehatan ini akan meningkatkan kualitas jasa dan perawatan pasien, memungkinkan tim medis kami untuk lebih fokus menyediakan perawatan yang benar pada saat yang tepat demi mendorong peningkatan hasil perawatan pasien yang lebih baik dan operasional rumah sakit yang lebih efisien,” ungkap Krishnawenda Duarsa selaku Presiden Kasih Ibu Hospital Group.
Ketua Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Bali, dr. I Gede Wijaya Patra Jaya, M.Kes mengungkapkan sekitar 90 persen rumah sakit yang ada di Bali telah menerapkan sistem informasi manajemen terkomputerisasi sehingga data-data pasien bisa terhimpun dan tercatat dalam satu sistem. Selain itu beberapa rumah sakit juga sudah mulai menerapkan sistem rujukan terintegrasi. “Dengan sistem ini, data pasien bisa terkirim ke rumah sakit rujukan dan data fasilitas rumah sakit rujukan juga bisa diketahui. Semua ini tujuannya agar efektif dan efisien, atau dalam bahasa kesehatan disebut kendali mutu dan kendali biaya,” ujar Patra Jaya. *dar