Mangupura (bisnisbali.com) –Di tengah ketatnya persaingan, bank perkreditan rakyat (BPR) dituntut untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dengan pasar yang berbeda, BPR masih tetap eksis untuk bersaing dengan industri financial technology (fintech).
Bendahara DPK Perbarindo Badung, Putu Hermawati, Minggu (27/10) mengatakan, BPR yang selama ini menggarap sektor mikro tidak akan terlalu banyak bergesekan dengan fintech peer to peer lending. Dalam menggarap sektor mikro, BPR tidak akan bersaing ketat dengan fintech.
Ia menjelaskan, prosedur peminjaman di fintech tentunya berbeda prosedur peminjamam di BPR. Sektor mikro terlihat lebih nyaman dengan prosedur peminjaman di BPR.
Hermawati memaparkan, BPR menyalurkan kredit dengan prinsip kehati-hatian. “Proses penyaluran kredit didasarkan analisis kredit yang ketat sehingga kredit yang disalurkan menjadi tepat sasaran,” katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, penggaetan calon debitur BPR didasarkan pada pendekatan langsung ke debitur. Ini didahului dengan proses pembinaan kepada nasabah.
Ia menegaskan, tidak semua sektor usaha merupakan pasar fintech peer to peer lending. Usaha skala menengah ke atas yang membutuhkan dukung modal besar mungkin banyak melirik fintech.
Menurut Putu Hermawati, sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masih tetap memilih meminjam dana di BPR. Skala usaha menengah ke bawah memiliki kebutuhan pinjaman modal relatih lebih kecil.
Hermawati menambahkan, dengan prosedur yang lebih mudah, UMKM akan tetap memanfaatkan produk BPR. Layanan keuangan masyarakat dan UMKM masih bisa dipusatkan di BPR. *kup