Permintaan Tinggi, Pengolahan Minyak ’’Tandusan” perlu Diperbaiki

Potensi pasar dan kebutuhan produk olahan kelapa khususnya minyak kelapa tradisional (tandusan) cukup tinggi.

356
Ir. A.A.Made Semariyani, M.Si.,  Sekprodi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa, menunjukkan minyak produk KBU Sari Guna Mertha yang sudah dikemas.

Mangupura (bisnisbali.com)-Potensi pasar dan kebutuhan produk olahan kelapa khususnya minyak kelapa tradisional (tandusan) cukup tinggi. Namun selama ini proses pembuatan minyak tandusan membutuhkan waktu yang sangat lama sehingga produktivitas UKM sangat rendah.

Untuk itu Ir. A.A.Made Semariyani, M.Si.,  Sekprodi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa, mengatakan pengolahannya memerlukan penggunaan teknologi  sehingga bisa mengatasi persoalan tersebut.

Agung Semariyani mengatakan melihat kendala yang dihadapi  UKM di Banjar Telugtug, Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, pihaknya berupaya mencarikan solusi dan memberikan transfer teknologi yang dapat memperpendek waktu pembuatan minyak tandusan dengan hasil yang lebih banyak.

“Kami kumpulkan pelaku usaha rumahan tangga ini  menjadi Kelompok Belajar Usaha (KBU) Sari Guna Mertha untuk mempermudah transfer teknologi ini. Dengan dibentuk kelompok  dan minyak dikemas dengan kemasan modern dengan merek “Florist”, pendapatan UKM ini jauh meningkat,” ungkapnya.

Kelompok diberikan teknologi tepat guna juga diberikan materi tambahan tentang pengetahuan mengenai kewirausahaan, manajemen usaha, sanitasi dan higienis proses produksi, pengemasan, dan pemasaran, sehingga peserta kelompok mampu mengelola usaha yang dibuat dengan baik.
Sebagai salah satu tanaman yang potensial di desa Carangsari saat ini harga buah kelapa sangat murah bahkan pada saat panen raya harga buah kelapa hanya Rp2.000 per buah sedangkan ongkos panjat cukup mahal yaitu Rp 20 ribu per pohon. Dengan murahnya harga buah kelapa yang mereka hasilkan maka muncul pemikiran untuk mengolahnya menjadi minyak sehingga nilai ekonomis buah kelapa dapat lebih ditingkatkan.
“Kami berikan teknologi pengolahan yang tidak membutuhkan banyak waktu dan menghabiskan banyak bahan bakar untuk memanaskan santan hingga menjadi kelapa. Tekniknya disini adalah dengan melakukan fermentasi dengan bantuan dari nanas,” terangnya.
Teknik ini sangat mudah kelapa yang sudah diparut dan dijadikan santan didiamkan minimal 2 jam sehingga terpisah krem dan airnya. “Setelah dia terpisah, ambil krem yang bagian atas kemudian dicampur dengan nanas yang sudah diekstrak, dengan perbandingan 20% ekstrak nanas dengan krim kelapa fermentasi selama semalam, besoknya baru di masak/dipanaskan. Dalam 20 menit saja minyaknya sudah naik dan terpisah dari blondo/tlengis sudah terpisah di bawah,” paparnya.
Keunggulan teknologi ini adalah minyak yang dihasilkan lebih banyak dan daya tahan lebih lama. “Biasanya minyak tandusan dalam 1 minggu sudah tengik, tapi dengan teknologi fermentasi nanas ini daya tahan bisa lebih dari 1 bulan dalam suhu ruang karena kandungan air sangat rendah,” ungkapnya.

Dengan teknologi ini rendem lebih tinggi dan bahan bakar yang dihabiskan untuk pemanasan lebih sedikit dan waktu yang dibutuhkan jauh lebih cepat, sehingga ibu – ibu tidak perlu lama di dapur untuk membuat minyak tandusan ini.
Dikatakan saat ini, produk tersebut sedang mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin produk berupa izin Produk Industri Rumah tangga (PIRT). Dengan kemasan yang bagus juga diharapkan dapat menembus pasar modern seperti di Toserba, mini market dan pasar swalayan karena telah dilengkapi izin sebagai legalitas produk. “Selisih harga antara pasar tradisional yaitu berkisar Rp 15-20 ribu per 600 ml, bila dipasarkan modern bisa mencapai Rp30 ribu per 300ml. Ini tentunya sangat menjanjikan,” katanya memungkasi.*pur