Sebagai daerah pariwisata, Bali memiliki perekonomian yang dengan tumbuh baik dan tentunya harus diikuti dengan kesejahteraan masyarakatnya. Salah satunya keberadaan listrik yang bisa dinikmati oleh masyarakat hingga ke pelosok. Sudahkah terjadi di Bali saat ini?
LISTRIK sudah menjadi kebutuhan vital masyarakat saat ini, termasuk di wilayah pelosok. Bali dengan wilayah cakupan yang tidak begitu luas serta jumlah penduduk yang padat, bukanlah persoalan yang sulit untuk membangun jaringan listrik. Dengan begitu, diharapkan tidak ada penduduk Bali yang tidak merasakan aliran listrik ataupun penerangan.
Hingga 2017 lalu rasio elektrifikasi/RE (perbandingan antara jumlah KK dengan pelanggan) masih 94,53 persen. Dari data tersebut dapat dilihat jika masih ada rumah tangga atau KK yang belum teraliri listrik. Dengan pertumbuhan perekonomian Bali yang di atas rata-rata nasional, apakah masih ada masyarakat yang belum merasakan aliran listrik?
Manajer Komunikasi PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali I Made Arya menjelaskan, berdasarkan survai yang dilakukan pada tahun 2018 secara keseluruhan masyarakat Bali telah mendapatkan aliran listrik. Namun yang terjadi di lapangan adalah beberapa masyarakat menyambung listrik dari tetangga atau masih menumpang listrik dengan orang tua. Hal ini membuat data jumlah KK yang tercatat menjadi pelanggan terlihat lebih sedikit.
Dengan demikian PLN UID Bali menyatakan rasio elektrifikasi (RE) di Bali telah 100 persen dengan mengklasifikasikan jumlah pelanggan PLN dan non-PLN. “Pelanggan rumah tangga (RT) non-PLN adalah rumah tangga yang sudah terlistriki namun belum menjadi pelanggan, yang mendapat sambungan listrik dari tetangga ataupun saudara,” ungkap Made Arya saat ditemui belum lama ini.
Berdasarkan data yang dimiliki, hingga September 2019, jumlah total pelanggan PLN di Bali tercatat mencapai 1.204.176 pelanggan yang terdiri atas 1.193.058 tercatat sebagai pelanggan PLN dan 11.118 tercatat sebagai pelanggan non-PLN. Sementara jumlah rumah tangga yang terdata yaitu 1.138.352 KK.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan jumlah KK setiap tahunnya, Made Arya menjelaskan, tentu rasio elektrifikasi akan ada perubahan. Sebagai upaya mewujudkan RE 100 persen, Made Arya mengatakan, pihaknya juga memiliki program one man one hope untuk menyambungkan listrik hingga ke pelosok. “Kami para karyawan mendonasikan sedikit pendapatan kami untuk membantu masyarakat kurang mampu agar bisa melakukan penyambungan,” ujarnya.
Hal ini pula memberi pengaruh terhadap konsumsi listrik di Bali yang meningkat setiap tahunnya. Senior Manager PLN UID Bali Eko Mulyo mengatakan, tahun ini (2019) konsumsi listrik di Bali meningkat 6,7 persen. Kenaikan tersebut melebihi pertumbuhan rata-rata konsumsi listrik nasional yaitu 5 persen.
Pertumbuhan konsumsi listrik ini juga dapat dilihat dari beban puncak setiap tahunnya. Tahun 2017, beban puncak tertinggi mencapai 851,5 MW, tahun 2018 mencapai 871,5 MW serta tahun 2019 kembali naik mencapai 900,1 MW. *wid