Mangupura (bisnisbali.com) – Minat generasi muda berkoperasi selama ini masih sangat minim. Koperasi dianggap kurang menarik dan terkesan untuk orang tua saja. Padahal, menurut Ketua Koperasi Subhakti Ungasan, I Made Suanda Wisnaya, S.E., potensi generasi muda sangat besar yang bisa digarap.
“Saya baru mulai action melalui pendekatan dengan para yowana dan sekaa teruna. Saya mengedukasi mereka untuk lebih memahami koperasi dan mau bergabung. Selama ini di koperasi kami biasanya memang satu keluarga ikut jadi anggota koperasi. Tapi untuk anak muda biasanya tidak begitu paham tentang prinsip koperasi,” kata Suanda, Minggu (20/10) di Ungasan.
Ia menambahkan, untuk menarik generasi milenial tidak cukup dengan sosialisasi, tapi lebih pada mengajak mereka untuk melakukan langsung. Harus dilakukan dengan langkah-langkah kongkret. “Saat ini kami punya guest house, jadi kami ajak mereka langsung terjun. Kalau kita sosialisasi saja, ya pasti cuma lewat saja dan tidak ada hasil nyata,” katanya.
Dengan melibatkan generasi muda tersebut secara langsung, baru mereka akan mengerti tentang koperasi. “Saya tahu untuk saat ini, kita tidak bisa berharap banyak dulu pada mereka. Tapi ini bagi saya suatu investasi ke depannya,” katanya.
Namun, saat ini dikatakannya, respons dari generasi muda cukup positif. Setelah melihat usaha yang dilakukan Koperasi Subhakti Ungasan. “Ternyata koperasi tidak seperti yang mereka bayangkan selama ini. Jadi mereka memang harus dilibatkan secara langsung,” katanya.
Ia mengungkapkan, peluang generasi muda ini sangat potensial. “Dari segi potensi sebenarnya mereka sangat besar, baik dari segi kuantitas dan kualitas sebenarnya mereka sangat bagus. Rata-rata mereka orang terpelajar sehingga kita tinggal influence, tidak perlu kita mengedukasi terlalu banyak mereka pasti sudah paham dengan melihat secara langsung manfaatnya,” kata Suanda.
Sebenarnya koperasi akan menjadi suatu lembaga yang sangat kuat. Untuk itu ia mengaku betul-betul memanfaatkan revolusi industri 4.0, yang sedang tren dibicarakan. “Lewat software, internet, pengolahan big data, artificial intelegensi, dan mesin learning memang harus dikombinasikan. Orang-orang koperasi harus memikirkan software yang bisa di-download oleh anak-anak muda (ada di Play Store) dan mereka tahu bertransaksi di sana,” katanya.
Lebih lanjut dikatakan, kalau anak muda bisa men-download di smartphone, mereka akan sangat gampang bertransaksi. “Saya pikir untuk sebuah aplikasi ini, juga tidak membutuhkan biaya tinggi. Yang penting adalah keseriusan dari mereka yang memegang kebijakan (otoritas) untuk itu. Kalau mau sungguh- sungguh saya yakin gampang untuk itu, apalagi sudah ada menterinya,” katanya.
Hal tersebut diyakini akan mampu menarik anak-anak muda generasi milenial untuk terjun berkoperasi.
Pertama mengajak secara langsung untuk melakukan tindakan. Kemudian revolusi industri 4.0 ini adalah percepatan yang diikuti oleh inovasi di segala bidang, peran anak muda sangat penting untuk ke depan.
“Jadi koperasi bukan hanya kumpulan petani dan orang tua, tapi juga kumpulan kaum terpelajar dan intelektual,” katanya. *pur