Sabtu, November 23, 2024
BerandaBaliPotensi dan Tantangan Pembangunan Bali  

Potensi dan Tantangan Pembangunan Bali  

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menjadi pembicara pada Talk Show Trade, Tourism and Invesment Forum 2019 yang berlangsung di Garuda 5 Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City Banten, Jumat (18/10).

Denpasar (bisnisbali.com) –Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menjadi pembicara pada Talk Show Trade, Tourism and Invesment Forum 2019 yang berlangsung di Garuda 5 Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City Banten, Jumat (18/10).

Dalam kesempatan itu, Wagub Cok Ace ini memaparkan potensi dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan daerah Bali.

Mengawali paparannya, Penglingsir Puri Ubud ini menjelaskan bahwa dari segi luas wilayah, Bali terbilang kecil yaitu hanya seluas 5.700 km persegi. Capaian secara makro, Bali berada di atas rata-rata nasional dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan angka kemiskinan berada di bawah rata-rata nasional. Terkait kontribusi tiap sektor terhadap PDRB, pariwisata masih mendominasi yaitu sebesar 69,38 persen, disusul sektor industri dan pertanian masing-masing 15,87 persen dan 14,75 persen. Gambaran kontribusi tiap sektor itu menunjukkan bahwa hingga saat ini pariwisata masih menjadi lokomotif perekonomian daerah Bali.

Terkait dengan perkembangan  sektor pariwisata, dalam kesempatan itu Cok Ace juga menginformasikan bahwa selain wilayah daratan, Bali mempunyai beberapa pulau kecil yang sedang berkembang yaitu Nusa Penida dan Nusa Lembongan. Setiap harinya rata-rata 5.000 wisatawan menyeberang ke Nusa Penida dan Nusa Lembongan. Untuk itu, Pemprov Bali memberi perhatian terhadap pengembangan pulau-pulau tersebut melalui rencana pembangunan dermaga segitiga emas yang menghubungkan Bali daratan dengan Pulau Nusa Penida dan Nusa Lembongan. Di lain pihak, sejalan dengan menggeliatnya perkembangan Nusa Penida dan Lembongan sebagai destinasi pariwisata, Bali juga dihadapkan pada sejumlah tantangan antara lain menurunnya kualitas wisatawan. Menurutnya, belakangan yang datang berkunjung lebih didominasi anak-anak muda yang ke Bali hanya untuk menambah pengalaman, sehingga kenaikan jumlah kunjungan tak begitu berpengaruh pada pertumbuhan industri kerajinan. Selain itu, Bali juga harus menghadapi makin banyaknya pesaing. “Sebelumnya pesaing kami antara lain Thailand, Malaysia dan Singapura. Belakangan sejumlah negara seperti Laos, Vietnam juga gencar promosi,” katanya.

Tantangan lain yang dihadapi Bali adalah makin menyusutnya lahan pertanian yang sebenarnya menjadi bagian dari sektor pariwisata. Setiap tahunnya, penyusutan lahan pertanian mencapai 1.000 hektare. “Ini menjadi kekhawatiran kami, karena yang dikembangkan di Bali adalah pariwisata budaya yang berbasis pertanian. Kalau lahan pertanian makin menyusut, kami khawatir juga,” imbuhnya.

Oleh sebab itu, Pemprov Bali menempuh kebijakan dengan mengeluarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 99/2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali. Peraturan ini dimaksudkan untuk mendorong fanatisme masyarakat Bali untuk memanfaatkan produk lokal, khususnya hasil pertanian. Kebijakan ini diharapkan membangkitkan kembali sektor pertanian Bali. Masih dalam upaya mendorong industri lokal, Pemprov juga mengeluarkan Pergub Nomor 79/2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali yang mewajibkan pegawai menggunakan busana berbahan kain tenun lokal.

Pada bagian lain, Cok Ace juga menginformasikan upaya peningkatan kualitas infrastruktur untuk mengatasi ketimpangan Bali Selatan dan Utara. Infrastruktur yang saat ini sedang digarap adalah pembangunan shortcut yang mempersingkat waktu tempuh Denpasar-Singaraja. “Sebelumnya waktu tempuh Denpasar-Singaraja mencapai 3 jam, dengan rampungnya shortcut bisa dikoreksi menjadi 2 jam.  Kita targetkan 2021 sudah rampung secara keseluruhan,” katanya.

Selain peningkatan infrastruktur darat, Bali juga menaruh perhatian terhadap infrastruktur udara melalui rencana pembangunan bandara di Bali Utara.

Terkait dengan kerja sama antar-daerah, Cok Ace mempersalahkan daerah lain menjadikan Bali sebagai etalase dalam pemasaran produk.

Selain Wagub Cok Ace, talk show yang mengangkat tema optimalisasi sumber daya dan potensi dalam meningkatkan Ease of Doing Business di daerah juga menghadirkan pembicara dari Jawa Tengah dan Banten. Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekda Jawa Tengah Feni Rahayu sangat berharap bisa menjalin kerja sama dengan Bali dalam pengembangan sektor kepariwisataan. *pur

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer