Sebagai kawasan pariwisata dunia, Bali dihadapkan dengan permasalahan keterbatasan pasokan air. Sejauhmana stakeholder pariwisata Bali melalui simposium Suksma Bali mampu memunculkan deklarasi Panca Kriyamana untuk menyelamatkan dan menjaga keberlangsungan air?
INDUSTRI pariwisata melalui program Suksma Bali menggelar simposium bertajuk “Menyelamatkan dan Menjaga Keberlangsungan Air Bali”. Ini guna meresponS permasalahan terbatasnya ketersediaan air di Bali.
Steering Committee Program Suksma Bali 2019, Yoga Iswara, mengatakan harus ada tindakan dan langkah nyata untuk menyelamatkan air Bali, apalagi fakta di lapangan banyak sumber air seperti sungai yang mengering, terus danau yang mengalami pendangkalan dan persoalan lainnya. Ini termasuk intrusi yang telah menembus daratan 1-5 kilometer.
Yoga Iswara menyampaikan industri pariwisata menggunakan air 3 juta per hari. Untuk itu, perlu langkah-langkah untuk menyelamatkan air Bali, industri pariwisata termasuk di dalamnya.
Akademisi Universitas Udayana, Dr. Ni Luh Kartini mengatakan, Bali memiliki 4 tower yang masih menyimpan air, yaitu Danau Batur, Danau Beratan, Danau Buyan dan Danau Tamblingan serta Situ Yeh Malet di Karangasem. Permasalahan terbesar adalah, danau itu mengalami pencemaran sampah dan sumber-sumber air itu mengalami degradasi dan erosi.
Luh Kartini melihat telah terjadi pengerusakan akibat sampah plastik ke dalam danau. Pemerintah perlu menegakkan aturan guna menjaga kelestarian danau di Bali. Sebenarnya saat ini sudah ada aturan, seperti pengaturan sempadan danau, hanya aturan tersebut mesti diterapkan secara tegas.
Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali Nusra, Rizal Uzzaman mengatakan Bali sudah mengalami permasalahan untuk ketersediaan air bawah tanah dan air permukaan. Hasil pemetaan data ekosistem Pulau Bali menunjukkan, 66 persen lebih daerah dengan potensi air skala sedang, dan 29,72 persen kategori rendah. “Air permukaan di Bali hanya tersedia 3,5 miliar meter kubik, sedangkan kebutuhan secara kumulatif 3,8 miliar meter kubik,” paparnya.
Alih fungsi lahan menjadi penyebab utama menurunnya ketersediaan air tanah, dan permukaan di Bali. Di daerah Badung perubahan fungsi lahannya, lebih dari 50 persen daerah-daerah yang potensi pangan itu berkurang, karena ada pembangunan. Untuk itu, diperlukan langkah kongkret untuk mengantisipasi dampak negatif dari defisit air. Salah satunya membuat cadangan air yang masuk ke dalam tanah. “Ketersediaan air masih menjadi permasalahan krusial bagi Bali, jika dikomparasi dengan keperluan masyarakat tidak sebanding dengan debit air yang tersedia,” ucapnya.
Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida, I Ketut Alit Sudiastika menyampaikan, debit air yang tersedia 101,23 meter kubik per detik. Sedangkan sesuai data per Agustus 2019, keperluan air masyarakat mencapai 119,96 meter kubik per detik. Maka itu, terjadi defisit air 18,73 meter kubik per detik. Potensi air yang ada yang mengalir langsung ke laut. “Ini hasil data kami yang terakhir 216,87 meter kubik per detik,” sebutnya.
Walau telah terjadi defisit air, masyarakat tidak mengeluh. Hal itu karena perilaku masyarakat yang terbilang irit dalam pemakaian air. Semisal asumsi pemakaian air per hari 60 liter per detik, tetapi barangkali mereka hanya menggunakan rata-rata 50 liter per detik.
Ketua Panitia Suksma Bali 2019, Gusti Agung Ngurah Darma Suyasa, mengatakan pengelola properti hotel, mesti berkomitmen untuk melaksanakan penanaman kembali, reboisasi. Hal itu dihitung dari berapa meter kubik air yang dihabiskan sebulan, ekuivalen dengan berapa pohon yang harus ditanam. “Ini gerakan moral dari Suksma Bali. Jika pada tahun lalu, tentang pengurangan sampah plastik, tahun ini tentang Panca Kriyamana yang bisa menghendos pemeritah menyekamatkan air Bali,” ungkapnya.
Para tokoh di Bali dalam simposium telah memberikan pandangan dan usulannya tentang bagaiman cara menyelamatkan air Bali. Darma Suyasa menambahkan masyarakat dan industri pariwisata mesti mengupayakan pelestarian alam Bali. Melalui simposium ini diharapkan
dapat menumbuhkan kesadaran bersama betapa air Bali memerlukan perhatian dan aksi serius dari seluruh lapisan masyarakat. Ini mesti diikuti deklarasi bersama dari stakeholders untuk berkomitmen menyelamatkan dan menjaga keberlangsungan air Bali. *kup