Minggu, November 24, 2024
BerandaBaliEmpat Kecamatan Penghasil Padi Jadi Daerah Endemis Serangan Wereng

Empat Kecamatan Penghasil Padi Jadi Daerah Endemis Serangan Wereng

Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan mencatat ada empat kecamatan di Tabanan sentra produksi padi menjadi daerah endemis serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) wereng selama ini.

Tabanan (bisnisbali.com) –Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan mencatat ada empat kecamatan di Tabanan sentra produksi padi menjadi daerah endemis serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) wereng selama ini.

Bercermin dari itu, pengawasan produksi padi di empat kecamatan tersebut selalu mendapat perhatian melalui pendampingan pengamat hama penyakit (PHP) untuk upaya antisipasi.
“Empat kecamatan yang jadi daerah endemis itu adalah Kecamatan Kediri, Selemadeg Raya, Kecamatan Kerambitan dan Kecamatan Tabanan.

Intensitas serangan hama Wereng ini memang sering terjadi di daerah tersebut, sehingga kemunculannya harus selalu diwaspadai,” tutur Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan, I Nyoman Budana, saat panen dem area budi daya tanaman sehat padi di Subak Bengkel, Kediri, Selasa (15/10).

Terangnya, selama ini di empat daerah tersebut memang belum sampai berdampak pada gagal panen, namun kemunculan serangan hama wereng ini selalu diwaspadai di daerah tersebut. Contoh sebelumnya pada demplot di Subak Gunggungan yang mengarah pada terkena serangan wereng, secara dini sudah dilakukan antisipasi agar tidak meluas.
“Langkah antisipasi itu dilakukan pencabutan tanaman dan dibenamkan kelumpur. Di sisi lain, apa bila dari pengamatan teknis di lapangan serangan hama wereng ini sudah melebih ambang batas, maka perlakukannya dilakukan penyemprotan untuk mengendalikan serangan wereng,” ujarnya.

Jelas Budana, pengendalian serangan hama wereng juga bisa dilakukan melalui menerapkan pola pergantian tanam. Artinya, petani tidak hanya mengusahakan tanaman padi pada tiap musim tanam, namun diselingi dengan jenis tanaman lainnya. Semisal dengan pola, menanam padi, padi dan palawija atau menggunakan pola padi, palawija, padi. Katanya, pola tanam tersebut akan memutus perkembangan OPT.

“Pola budi daya gilir jenis tanam ini akan membuat daerah endemis serangan hama bisa menghasilkan. Selain itu, struktur dan tekstur tanah bisa dikendalikan. Sebab, bila terus hanya menanam padi saja, maka keasaman unsur dalam tanah akan kurang baik untuk produksi dan kualitas padi yang dihasilkan nantinya,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Bali, Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, M.Si., saat panen dem area budi daya tanaman sehat padi di Subak Bengkel mengungkapkan, pertanian organik adalah praktek budi daya tanaman dengan menekan serendah-rendahnya penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia.

Imbuhnya, untuk terus mensosialisasikan dan mengintensifkan pembinaan pertanian organik pada usahatani padi lahan sawah, Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Pertanian Bali pada 2019 ini melaksanakan kegiatan dem area budi daya tanaman sehat padi.
Paparnya, dem area dilaksanakan seluas 600 hektar di Kabupaten Tabanan, Buleleng, Bangli, Karangasem dan Denpasar pada 11 subak sawah. Pada kegiatan dem area ini anggota subak diberikan bantuan sarana produksi berupa bibit, pupuk organik, pestisida organik, dan sarana produksi lain.

Harapannya, dengan melaksanakan langsung dan melihat hasilnya, petani akan makin yakin bahwa dengan sistim pertanian organik tanaman akan lebih sehat, bahwa pengendalian hama dan penyakit tanaman secara alami lebih efektif dan efisien, kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan pencemaran lingkungan serta bio diversitas terkendali.*man

Berita Terkait
- Advertisment -

Berita Populer