Tabanan (bisnisbali.com) – Rias Modifikasi makin diminati dan menjadi pilihan sebagian besar pasangan, saat hari resepsi pernikahan. Perpaduan rias tradisional dan modern, menjadikan rias modifikasi terkesan lebih mewah namun lebih ringan digunakannya.
Ni Wayan Wiwik Arisandi pemilik Salon Rama, di desa Tunjuk Selatan, Tabanan, mengatakan duase/hari baik pernikahan di Bali saat ini membuat para perias kebanjiran order dan sebagian besar permintaan adalah rias modifikasi. “Rias modifikasi memang lebih ringan ketimbang rias pengantin Agung, sehingga para pengantin lebih nyaman dan leluasa dalam bergerak. Makanya lebih banyak konsumen yang tertarik pada rias modifikasi saat acara resepsi,” tuturnya Senin (14/10) di Tabanan.
Tingginya minat konsumen pada rias modifikasi membuat, tren rias pengantin modifikasi terus berkembang dan selalu ada yang baru. “Kalau rias modifikasi bisa terus dilakukan inovasi dan mengikuti tren dunia, meski harus tetap mempertahankan sejumlah pakem. Jadi memang lebih dinamis dan tidak terkesan monoton,” ungkapnya.
Meski demikian, payas Agung tetap tinggi peminat. “Payas Agung tetap diminati, karena kesan sakralnya. Makanya saat upacara adat yaitu saat natab, payas agung jadi pilihan sementara saat resepsi pernikahan rias modifikasi lebih diminati,” tukasnya. Jadi kedua jenis rias pengantin tersebut digunakan pada saat yang berbeda. Saat upacara ngidih/ngecup tata rias minimalis lebih cocok digunakan.
Made Suartika pemilik Made Wedding Art, mengatakan untuk paket payas agung dibandrol dari Rp 3 juta – Rp 5 juta tergantung dari kelasnya. “Kelasnya itu dilihat dari kualitas busana dan bunga yang digunakan, kalau busana dan bunga baru harganya lebih tinggi,” katanya. Untuk rias modifikasi dibanderol dari Rp 2,5 juta – Rp 4 juta.
Karena duase pernikahan bersama, pihaknya sampai kewalahan memenuhi orderan. “Duase sekarang ini saya sampai nolak beberapa konsumen, karena sudah tidak ada team lagi yang kosong. Semua sudah ambil job, jadi kami tidak bisa handel lagi,” tukasnya.*pur