Semarapura (bisnisbali.com) –Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta didampingi Raja Klungkung, Ida Dalem Semaraputra menerima hibah mata tombak senjata era Perang Puputan Klungkung masa 1908 dari Westerlaken Foundation di Pendopo Puri Agung Klungkung, Kamis (10/10).
Pascaperang Puputan Klungkung sebagian besar relik berupa keris kenegaraan, alat-alat upacara, senjata, perhiasan, serta kalung dari I Dewa Agung Gede Agung, Putera Mahkota Klungkung dibawa ke dua tempat yakni Batavia/Jakarta dan Belanda. Sekarang benda-benda dari Puri Klungkung tersebut dapat dilihat di Museum Nasional yang tersebar di Leiden.
Setelah melalui validasi dan pemeriksaan lanjut bersama beberapa Ahli Konservasi Cagar Budaya di Belanda, dipastikan dari bentuk tombak dan ukiran sarung tombak bahwa kedua mata tombak ini berasal dari periode tahun 1900 Kerajaan Klungkung. Kedua tombak ini menjadi saksi bisu dari kejadian Perang Puputan Klungkung. Dugaan ini diperkuat dengan laporan dari W.OJ. Nieuwenkamp, seorang pelukis dan kurator dari Belanda yang melakukan ekspedisi ke Bali pada tahun 1917 dengan tujuan mencari benda-benda koleksi untuk museum di Belanda.
Raja Klungkung Ida Dalem Semaraputra mengatakan dari pihak Puri Agung Klungkung menyambut dengan gembira serta menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Westerlaken yang sudah mengembalikan mata tombak yang diyakini milik Puri Agung Klungkung. “Hari ini kita kembali miliki apa yang dulu kita miliki pada saat perang puputan, semoga kembalinya mata tombak ini sebagai langkah awal dari kembalinya benda pusaka yang seharusnya milik Puri Agung Klungkung,” ujar Raja Klungkung Ida Dalem Semaraputra.
Ida Dalem juga mengatakan benda pusaka ini akan dititipkan ke Pemerintah Kabupaten Klungkung untuk disimpan, dijaga serta dirawat di Museum Semarajaya dan akan dipamerkan.
Bupati Suwirta mengimbau kepada seluruh ahli kebudayaan bila ada yang ingin mengkaji, meneliti dan menelusuri mata tombak ini tentu Pemerintah Daerah membuka pintu sehingga mata tombak yang ada di Museum Semarajaya tidak hanya sekadar menjadi barang pajangan yang tidak diketahui manfaatnya. Tentu dari pemerintah mengharapkan ke depannya mata tombak ini lengkap dengan narasinya yang bisa menceritakan sejarahnya. “Mudah-mudahnya dengan kembalinya mata tombak ini nantinya menjadi pembuka untuk mengembalikan kejayaan Klungkung sebagai pusat Kebudayaan Bali, apalagi akan segera dibangun Pusat Kebudayaan Bali di Gunaksa,” ujar Bupati Suwirta.
Sementara itu, President Of Westerlaken Foundation, Rodney Westerlaken MA, Bed mengatakan Belanda dan Kerajaan Klungkung memiliki ikatan sejarah yang tidak dapat dilupakan. Namun dibalik patriotisme perang puputan ini, terdapat kisah-kisah yang tak seluruhnya dapat diungkapkan dan dituturkan pada generasi muda saat ini. “Semoga apa yang saya lakukan bisa menjadi cinta kasih yang akan membawa jalan baik bagi kedua belah pihak,” harap Rodney Westerlaken. *dar