Denpasar (bisnisbali.com) –Bank perkreditan rakyat (BPR) bersaing dengan lembaga jasa keuangan (LJK) lain untuk menggarap pasar usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan masyarakat secara umum.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Prof. Dr. I Wayan Ramantha, Senin (7/10) mengatakan, BPR harus melakukan segmentasi pasar, sehingga tidak berebut pasar dan makin eksis dalam persaingan.
Ia mengungkapkan, lembaga perkreditan desa (LPD) lebih kuat karena penyebarannya lebih inklusif. “LPD inklusif karena ada di mana-mana,” katanya.
Prof. Ramantha menjelaskan, koperasi simpan pinjam masih eksis menyalurkan kredit ke sektor usaha. Kredit yang disalurkan Rp500 juta ke bawah. BPR yang menyalurkan kredit Rp500 juta ke bawah akan bersentuhan dengan LPD dan koperasi.
Ia memaparkan, BPR tidak boleh berada di segmen koperasi dan LPD. “Ibarat gelombang radio, BPR jangan berada di frekuensi LPD dan koperasi,” katanya.
BPR idealnya menyalurkan kredit di atas Rp500 juta. BPR bisa melayani kredit sampai Rp1 miliar.
Lebih lanjut dikatakannya, kredit di atas Rp1 miliar merupakan pasar bank umum. Kredit di atas Rp1 miliar idealnya dibiayai bank umum.
BPR dengan aset skala besar akan bersentuhan dengan bank umum. Ketika BPR menyalurkan kredit di atas Rp1 miliar akan bersaing dengan bank umum.
Prof. Ramantha menegaskan, dalam penggarapan skala usaha, BPR tidak mungkin menggarap pasar yang sama dengan koperasi dan LPD. ” Jika selalu berebut pasar, BPR sulit memenangkan pasar,” katanya. *kup