Kemajuan teknologi ternyata tidak serta merta mengubah pola pikir masyarakat kita untuk urusan kesehatan. Meski teknologi sudah makin canggih, ternyata sebagian besar masyarakat masih melirik pola-pola pencegahan serta penyembuhan dengan metoda tradisional atau memanfaatkan sumber penyembuhan dari alam yang biasa juga disebut dengan penyembuhan herbal. Hasilnya?
SEORANG praktisi Usada Taru Premana, yang juga therapist akupunture, akupresure & Herbal, I Nyoman Sridana, S.Kes.H., M.Si., pengobatan secara herbal dan tradisional dengan menggunakan bahan-bahan alami tentu bukanlah hal baru bagi masyarakat kita. Sehat adalah suatu kebutuhan. Oleh karenanya, upaya untuk menjadi sehat bisa dilakukan salah satunya dengan meminimalisir pemanfaatan kimia dalam tubuh, apalagi alam sudah menyediakan berbagai tumbuhan yang bisa dimanfaatkan untuk obat alami atau untuk menjaga stamina dan kesehatan.
“Bukan berarti kita anti dengan pengobatan modern. Namun alangkah baiknya, untuk tahap awal kita manfaatkan pengobatan tradisional dengan berbagai imu kesehatan yang telah diwariskan nenek moyang kita. Jangan sampai karena ingin cepat atau instan kita terlena dan melupakan pola pengobatan tradisional. Apabila dipelajari lebih jauh, kita banyak memiliki tanaman obat yang bisa diolah dan dimanfaatkan menjadi obat yang dampak ke depannya jauh lebih baik daripada hanya tergantung pada obat-obatan modern, selama pembuatan serta dosisnya tepat,” ungkap Nyoman Sridana.
Melihat minimnya risiko yang ditimbulkan pada obat tradisional, serta begitu banyak manfaat yang bisa diambil, sebagai pelayanan kesehatan masyarakat, RSUD Bangli kini telah memiliki Unit Layanan Unggulan Kesehatan Tradisional Integrasi (Yankestrad), yang telah di-launching oleh Gubernur Bali Wayan Koster dan juga dihadiri oleh Kementerian Kesehatan RI, bahkan unit kesehatan ini adalah yang pertama kalinya di Bali dan oleh Gubernur Bali nantinya diharapkan juga bisa dibuka di RSUD lainnya di seluruh Bali. “Layanan kesehatan tradisional merupakan salah satu kearifan lokal sehingga harus diberdayakan secara maksimal untuk kepentingan masyarakat. Untuk memaksimalkan layanan ini, nantinya akan ada kawasan tanaman khusus yang akan ditanami tanaman obat dan tanaman untuk keperluan upacara agama,” ungkap Wayan Koster.
Ditambahkannya, dukungan terhadap pengobatan tradisional ini juga tidak terlepas dari pengalaman pribadinya yang berhasil sembuh berkat bantuan pengobatan tradisional yang dikonsumsinya secara rutin. “Bukan kita ingin menampik cara pengobatan konvensional, namun alangkah baiknya kita memanfaatkan pengobatan tradisional yang masih bersifat alami sehingga lebih minim risiko, namun tentunya telah dilakukan riset yang mendalam oleh ahlinya,” tambahnya.