Denpasar (bisnisbali.com) –Sebagai destinasi wisata yang banyak didatangi oleh wisatawan mancanegara, Bali perlu menjaga citra baik Indonesia melalui rupiah. Sudah menjadi rahasia umum, banyak wisatawan yang menyimpan rupiah sebagai kenang-kenangan ketika mereka kembali ke negara asalnya.
“Oleh karenanya, Bank Indonesia (BI) menargetkan Bali bersih uang lusuh,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Bali, Trisno Nugroho di Renon, Selasa (1/1) kemarin.
BI Bali mencatat data uang lusuh Januari-Agustus 2019 mencapai Rp3,58 triliun atau lebih kecil dari Januari-Desember 2018 mencapai Rp4,38 triliun. Tetapi dari sisi volume pada 2019 ini mencapai 98.416.604 lembar lebih banyak dari 2018 dengan volume mencapai 129.658.780 lembar.
Bank sentral juga menemukan ada lima daerah memiliki uang lusuh seperti Br. Tegal Buleleng, Banyuasri Buleleng, Padangsambian Denpasar Barat, Padangsambian Kelod Denpasar Barat dan Dangin Puri Kangin Denpasar Utara. Terkait hal inilah BI meluncurkan Bali Bersiul (bersih uang lusuh) dengan menggandeng kalangan perbankan. Harapannya agar wisatawan mancanegara maupun domestik yang berkunjung ke Pulau Dewata bisa bertransaksi menggunakan uang yang bersih.
“Tidak ada orang yang mau menggunakan uang lusuh karena berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan. Utamanya Bali sebagai destinasi dunia harus memiliki citra positif pula dari sisi rupiahnya,” ujarnya.
Lebih lanjut Trisno menyampaikan, beberapa catatan penting mengenai kondisi uang yang ada di Bali saat ini, seperti masyarakat banyak menyimpan uang logam di rumah dan tidak meresirkulasi dalam transaksi sehari-hari. Kemudian banyak terdapat uang rusak akibat kekurangpahaman dalam cara memperlakukan uang.
Selain itu, masyarakat belum mengetahui uang rupiah dengan kondlisi tidak layak edar bisa ditukarkan ke BI atau ke kantor-kantor bank umum terdekat tanpa dipungut biaya dan diganti sebesar nominal apabila kondisi uang memenuhi syarat sebagaimana yang ditetapkan BI.
“BI mengimbau masyarakat yang memiliki uang lusuh untuk tidak menggunakan uang tersebut dalam transaksi sehari-hari dan selanjutnya ditukarkan ke BI dan bank umum terdekat,” harapnya.
Uang-uang lusuh yang diterima oleh BI akan melalui masyarakat dan umum akan dimusnahkan dan digantikan dengan uang layak edar. “Kami mangajak seluruh lapisan masyarakat untuk menjaga uang rupiah agar usia edaran lama. Hal ini perlu menjadi perhatian kita karena proses pencetakan uang rupiah memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Agar uang rupiah selalu kondisi baik, BI mengajak masyarakat untuk memperlakukan rupiah dengan “5 Jangan” yaitu jangan dilipat, jangan dicoret, jangan distapler, jangan diremas dan jangan dibasahi.
Ia pun menyampaikan, sebagai pihak yang diberikan tanggung jawab untuk mengelola rupiah, KPw BI Bali sangat memperhatikan ketersediaan dari sisi nominal dan kualias uang yang beredar di masyarakat. Fasilitasi yang dilakukan BI untuk memperlancar kegiatan parekonomian antara lain dengan menyediakan jumlah yang cukup dan dengan pecahan yang sesuai kebutuhan perekonomian di Bali. Berbagai program yang telah dikembangkan BI Bali dalam meluaskan jangkauan layanan kas antara lain, pembukaan kantor kas titipan BI di Singaraja. Kerja sama dengan perbankan untuk membuka loket penukaran dan layanan kas keliling di berbagai kabupaten dan pulau yang ada di wilayah Bali. *dik